e m p a t p u l u h s a t u

59.3K 3.6K 106
                                    

.: Why Don't You Stay? :.

Ini memang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan apapun masalahnya dengan Nalana. Namun, Arga tidak bisa menunda lagi untuk menyudahi semua masalah ini. Arga tidak ingin hubungan ini semakin renggang karena tiadanya komunikasi. Cowok itu dengan perlahan memindahkan Bian yang sudah tidur lebih dulu ke dalam boks. Ia mencium kening Bian. "Selamat tidur, anak ayah."

Setelah memastikan Bian tidur dengan aman, Arga berbaring di sebelah Nalana, masuk ke dalam selimut dan memeluk perempuan itu dari samping. Tidak ada respons sama sekali dari Nalana. Arga tau, perempuan itu belum tidur.

"Mau ngomong sesuatu?"

"Aku perlu ngomong?" tanya Nalana parau.

"Kalau kamu nggak mau perbaiki hubungan kita dan milih buat mengakhiri sih, oke aja."

Nalana menggelengkan kepalanya.

Arga menghela napasnya berat. "Keluarin unek-unek kamu, aku dengerin."

Nalana menggeleng lagi.

"Nangis aja."

"K-kamu jahat, Ga ..."

"Kamu buat aku berharap, aku takut percaya lagi sama kamu. Sikap kamu ke aku seolah-olah buat kamu udah buka hati kamu buat aku. Nyatanya? Kamu bahkan masih peduli sama Agatha, Ga. Aku tau, aku yang buat hubungan kalian jadi kayak gini, tapi kamu nggak perlu bersikap kayak gini semata-mata buat nyenengin aku."

"Aku minta maaf soal kesalahpahaman waktu itu. Aku takut kehilangan kamu, aku takut kamu tinggalin aku sama Bian. Aku nggak tau lagi harus gimana bersikap sama kamu. Aku mau kita biasa-biasa aja, Ga. Kamu nggak perlu bersikap palsu di depan aku lagi. Aku ..."

Nalana tidak dapat mengutarakannya lagi. Semua yang sudah ia siapkan untuk katakan hilang begitu saja. Hatinya sakit, haruskah seperti ini akhir dari ceritanya dan Arga?

"Apa yang kamu pengen dari hubungan ini?"

"Selesai."

Arga terdiam beberapa saat.  "Apapun yang kamu mau."

Jauh dari apa yang sempat Arga pikirkan, tanpa Arga sadari, hatinya perlahan terbuka untuk Nalana. Setelah apa yang mereka lewati, haruskah ini semua berakhir?

Apapun yang kamu pengen, Nal. Asal itu nggak buat kamu sakit, aku bakal lakuin.

Nalana sakit, Arga juga sakit.

🍑🍑🍑

Beberapa bulan belakangan ini, Arga merasakan Nalana benar-benar berubah. Nalana memang hanya mengatakan ingin 'selesai' waktu itu, tetapi sekarang Arga tau Nalana ingin menunjukkan bahwa perempuan itu serius akan perkataanya. Terbukti dari sikap perempuan itu padanya. Arga masih ingin mempertahankan hubungan ini, sikapnya pada Nalana pun tetap sama. Seolah-olah tidak pernah ada masalah di antara keduanya.

Seperti pagi ini, Nalana tampak lebih pucat dari biasanya. Arga diam-diam memperhatikan gerak-gerik perempuan itu. Nalana bisa saja jatuh jika Arga tidak menahan bobot perempuan itu. Arga yang kaget langsung menggendong Nalana ke kamar. Perempuan itu tampak meringis kecil. Ringisan yang jelas disembunyikan dari Arga.

"Kenapa?" tanya Arga lembut. Telapak tangan laki-laki itu menempel di dahi Nalana.

"Enggak terlalu panas, maag kamu kumat, ya?"

Nalana tidak menjawab dan memilih memalingkan wajahnya. Arga menghela napasnya panjang. "Di sini dulu, ya, aku beliin bubur."

"Nggak usah."

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now