e m p a t p u l u h s e m b i l a n

63.7K 3.7K 174
                                    

.: 49. Akhir Pekan. :.

Hari ini Arga gajian. Walaupun ia dipindahkan tetap saja ia digaji sama seperti pegawai lain, dihitung ketika dirinya masih bekerja di supermarket yang dulu. Sekarang ini mereka tengah belanja bulanan. Cowok itu menggendong Bian, sedangkan Nalana mendorong troli. Mereka tidak berbelanja di supermarket tempat Arga bekerja. Lagipula, supermarket tempat Arga bekerja itu barang yang dijual dua kali lipat lebih mahal. Jika Arga masih tinggal dengan Wijaya dan Ratna sih bebas saja ia mengambil apapun yang ia mau. Namun, sekarang keadaannya berbanding terbalik dengan itu.

Bian menunjuk-nunjuk salah satu dus susu di deretan rak susu. Seolah tau jika itu merk susu yang biasa ia minum. Nalana terkekeh. "Bian minum ini, ya? Oke, bunda beli."

Bian itu sedikit terlambat dalam hal berbicara. Bayi itu hanya mampu beberapa kosa kata, termasuk menyebutkan 'nda' yang artinya bunda dan 'yah' yang artinya ayah. Namun, dalam hal berjalan, Bian tergolong cepat. Terkadang jika di rumah Nalana membiarkan Bian belajar berjalan semaunya, tetapi tetap dalam pengawasannya.

Bian menunjuk-nunjuk lantai sembari menatap Arga. Arga yang ditatap hanya bisa tersenyum. "Nggak boleh, Bian bolehnya main nanti kalau udah di rumah," kata Arga seakan mengerti apa yang diinginkan oleh Bian.

"Yah yah yah!" Bian berceloteh. Mengangkat mainannya tinggi-tinggi.

"Nggak boleh, sayangku. Nanti kamu usil." Arga mencium pipi Bian gemas.

Bian menatap Nalana yang masih memilih-milih bahan dapur. "Nda nda nda!" pekiknya kencang.

Nalana menoleh. Tersenyum tipis kepada beberapa pengunjung yang memperhatikan mereka karena pekikan Bian. "Bian nanti aja ya turunnya? Nanti di rumah kita belajar jalan lagi. Oke?"

Bian berceloteh sesuka hatinya. Mengabaikan Nalana.

"Dia kok bisa ngerti gitu, ya?" tanya Nalana terkekeh melihat Bian yang sepertinya sedang ngambek.

Arga tertawa menanggapi. "Bagus, Nal. Dulu aku sempet takut Bian nggak kayak anak yang lain karena kamu hamil dia pas masih remaja. Tapi aku bersyukur Bian nggak kayak gitu. Dia anak yang pinter."

Nalana tersenyum.

"Udah selesai?" tanya Arga.

"Udah. Aku bayar dulu, ya. Ini lumayan ngantri. Kamu tunggu di luar aja."

"Oke."

🍑🍑🍑

Seperti yang Bian mau, ketika pulang bayi itu meronta-ronta minta diturunkan. Arga menghela napas pelan. Memegang kedua tangan Bian dan menuntun bayi itu berjalan sampai ke dapur. Nalana yang sedang menata belanjaan hanya tersenyum tipis.

"Duh anak bunda aktif banget, sih. Nggak capek?"

"Aku anak strong, bunda. Nggak ada capek-capeknya," sahut Arga menirukan suara anak kecil.

Nalana terkekeh. Membawa Bian duduk di karpet. Bayi itu menarik mainannya dan seketika karpet itu dipenuhi oleh mainan-mainan bayi itu. Arga duduk di samping Nalana.

"Ampun, Ga. Lihat, pergi lagi dia," ucap Nalana menunjuk Bian yang menghampiri mainannya yang ia lempar tadi.

Arga terkekeh. Menghampiri Bian. Memegang kedua tangan bayi itu dan kembali belajar berjalan lagi. Arga sedikit iseng, melepaskan tangan Bian dan bayi itu berjalan menghampiri Nalana. Nalana merentangkan tangannya, memeluk Bian lalu tertawa.

"Anak bunda pinter banget, sih. Jadi makin sayang."

Arga ikut bergabung. Memeluk Nalana dan Bian sembari tertawa. "Ayah juga makin sayang, nih. Sini, ayah cium dulu."

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now