t i g a p u l u h t i g a

59.7K 4K 119
                                    

.: 33. Sebentar Lagi. :.

Dua bulan berlalu sejak kejadian itu, Arga tampak lebih pendiam dari biasanya. Perihal postingan Instagram itu, Arga sudah berhasil menghapusnya agar tidak menimbulkan masalah lebih rumit. Akhir-akhir ini Arga juga jarang berkumpul dengan anak Tryton, palingan berkumpul hanya dengan Carlos, Liam, Ares, Dava, dan lainnya. Arga sengaja menghindari teman-temannya.

Kandungan Nalana kini juga sudah menginjak usia 9 bulan. Ratna maupun Aruni selalu mewanti-wanti Arga agar selalu menjaga Nalana dengan baik karena Nalana bisa melahirkan kapan saja. Bahkan, dua wanita itu kini kerap sekali menginap agar bisa memantau Nalana.

Perihal sekolah, Arga sudah lulus satu bulan yang lalu. Untuk kuliah, Arga belum memikirkan hal itu. Sebenarnya, Arga ingin menunda kuliah terlebih dulu sampai dirinya siap. Arga ingin fokus pada Nalana dan pekerjaannya berhubung Arga sudah mendapatkan pekerjaan baru di salah satu minimarket terdekat yang gajinya lebih besar daripada di bengkel.

"Arga, pelan-pelan. Aku capek," keluh Nalana yang kini tertinggal jauh di belakang Arga.

Semenjak usia kandungan 7 bulan, Arga sering mengajak Nalana untuk sekadar jalan-jalan pagi seperti yang dokter anjurkan.

Arga berhenti berjalan menunggu Nalana yang berjalan pelan sembari memegangi perut bawahnya. Arga terkekeh pelan. "Minum dulu, nih. Capek banget kayaknya."

Nalana mencibir, "Capek, lah. Kamu dari tadi ngemil mulu, mana jalannya cepet banget aku nggak ditungguin. Berat tau, ih."

Arga tertawa kecil. Ia mengusap kepala Nalana pelan. "Mau istirahat dulu di situ?" tanyanya sambil menunjuk sebuah taman.

"Boleh."

Keduanya berjalan menuju taman dan mendudukkan diri di bangku yang disediakan. Arga mengusap perut Nalana, bayi di dalam perut itu merespons dengan tendangan membuat Nalana sedikit terkejut.

"Dede bayinya udah sering nendang kok kamu masih kaget, sih, Nal?"

Nalana mengelus perutnya pelan dan sedikit menekan-nekannya menggunakan jarinya. Bayi itu aktif sekali. "Aku masih belum terbiasa, Ga."

Arga ber-oh ria. "Kontraksi palsunya masih sering?"

Nalana mengangguk. "Aku takut deh nggak bisa bedain kontraksi palsu sama beneran. Nanti 'kan nggak lucu kalau tiba-tiba dedeknya lahir."

"Ya nggak gitu, Nal. Makanya kamu kalau ada apa-apa langsung bilang ke aku jangan dipendem sendiri."

Nalana mengerucutkan bibirnya. "Ih, makanya kamu di rumah aja temenin aku. Aku takut semisal nanti mau lahiran kamu ataupun Bunda sama Mama nggak ada di rumah."

"Aku 'kan udah ambil cuti, Nal. Jadi aku bisa temenin kamu. Udah jangan monyong gitu, kamu mau aku cipok?"

Nalana menggeleng ribut. "Frontal banget, sih!" cibirnya.

"Udah nih, makan dulu. Kamu ngos-ngosan begitu."

"Punggung aku pegel banget," keluh Nalana sembari memakan makanan yang mereka beli tadi.

"Yang bagian bawah?" tanya Arga.

"Iya."

Arga mengelus punggung bawah Nalana, sesekali memijitnya pelan agar Nalana rileks. Arga memperhatikan Nalana dari samping. Badan perempuan itu semakin berisi seiring bertambahnya usia kandungan. Arga tersenyum tipis melihat Nalana memakan makanan yang mereka beli dengan lahap. Sesekali mulutnya penuh karena makanan yang dikunyah belum selesai ditelan sudah memasukkan kembali makanan yang lain.

"Pelan-pelan."

"Akwu lwaper."

Arga tersenyum tipis. "Mau langsung pulang habis ini?"

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now