e m p a t p u l u h t u j u h

60.3K 3.8K 45
                                    

.: 47. Memulai dari Awal. :.

Matahari tenggelam menghantarkan malam yang dingin dan berkabut. Rintik gerimis yang tadinya hanya sekadar mampir kini mulai singgah dalam jangka waktu yang cukup lama. Jarum jam terus berdetak, menggerus waktu hingga akhirnya udara semakin dingin membuat seorang perempuan bangkit dari tempat tidurnya. Perempuan itu menutup korden jendela. Melirik jam yang menunjukkan pukul 9 malam.

Pintu berderit tepat ketika dirinya kembali berbaring. Arga, cowok itu tengah mengusap rambutnya yang basah akibat habis keramas. Nalana bergidik, ini malam yang dingin dan cowok itu keramas? Gila saja!

Arga meletakkan handuknya di sembarang tempat membuat Nalana hendak protes. Namun, ia mengurungkan niatnya ketika Arga menindih tubuhnya. Tidak terlalu menempel, tetapi ia dapat melihat jelas raut wajah itu. Tampak gelisah memikirkan sesuatu. Mungkin?

"Ga?" panggil Nalana.

"Yang kamu omongin tadi siang maksudnya apa?"

"Apa?" Nalana mengernyit, lupa.

"Yang kesempatan."

Nalana berpikir kembali. "Bukan apa-apa."

Arga memicing. "Jangan-jangan kamu sengaja rencanain sesuatu dulu biar aku bisa sama-sama kayak kamu, ya? Sampai kita jadi kayak gini?"

Nalana terkejut. Perempuan itu mencoba mendorong Arga, tetapi laki-laki itu tetap pada tempatnya. Nalana mendengkus pelan. "Aku nggak se-gabut itu buat hubungan orang hancur kali. Aku juga nggak tau kalau di pesta ulang tahun Kristal bakalan kejadian kayak gitu sama kamu. Andai aku bisa kabur waktu itu, tapi--"

"Tapi karena kamu bucin sama aku jadi kamu milih tetap sama aku aja. Iya, 'kan? Oh, aku baru tau kamu se-bucin ini." Arga menampilkan senyum iseng yang jarang sekali Nalana lihat.

Nalana memutar bola matanya malas. Mengubah posisinya menjadi menyamping, tetapi Arga mengubah posisinya menjadi seperti semula.

"Aku mau tidur!"

"Tunggu dulu." Arga mengambil ponselnya. Cowok itu menunjukkan chat-nya bersama Agatha membuat Nalana mengernyit bingung.

"Baca aja biar kamu nggak salah paham."

Agatha.

| Ga, gue minta maaf soal yang tadi di kampus. Gue cuma maksud bantu Nalana, kok.

Lo nggak salah, Tha. Lo udah baik mau bantu Nalana. Perasaan dia emang lagi sensitif aja. Lagian tadi salah gue juga.|

| Oh oke. Gue mau bilang sesuatu, Ga. Gue minta maaf soal apapun kalau gue salah selama hubungan kita masih terjalin. Mungkin Nalana emang yang terbaik buat lo. Gue nggak nyangka aja lo bisa se-kacau itu saat Nalana pergi. Kita masih temen 'kan, Ga?

Lo temen gue. Dari awal emang seharusnya gitu. Zuan pun gitu harusnya. |

| Ya, dari awal gue emang udah nggak yakin. Kalau gitu gue blokir lo, ya? Lo bisa simpan nomor gue di HP-nya Nalana aja. Biar semuanya nggak salah paham. Gue berharap hubungan lo selalu baik sama Nalana.

Gue juga berharap baik buat hubungan lo sama Carlos. |

| Gue berharapnya juga gitu. Kalaupun dia nggak gengsi?
Udahlah, bye, Ga!

Arga merebut ponselnya ketika dirasa Nalana sudah selesai membaca. Perempuan itu menatap Arga tak suka. "Ih aku belum selesai baca!"

"Udah. Jadi orang nggak boleh kepo," ucap Arga sembari mencuri kecupan di hidung Nalana.

Nalana mendesis sinis. "Pantes Bian musuhan banget sama kamu."

Arga terkekeh. Cowok itu mengelus rambut Nalana pelan. "Aku mau kita ulang semuanya dari awal, Nal. Aku mau kita belajar lebih dewasa setelah ini. Nggak ada lagi acara berantem cuma gara-gara salah paham. Sekarang kamu udah tau 'kan kalau Agatha cuma temen aku. Dari awal juga gitu, aku udah nggak yakin waktu aku pacaran sama Agatha, itu buat hubungan pertemanan kita jadi hancur. Zuan milih pergi karena itu. Sekarang aku nggak mau kamu yang pergi gara-gara aku salah ambil langkah. Ngerti?"

Nalana mengangguk kaku ketika tatapan Arga menjurus menatapnya tenang.

"A-aku mau tidur, Ga. Minggir."

Arga tersenyum miring. "Boleh. Setelah kamu lakuin ini," bisiknya sembari melepas kancing piyama Nalana. Arga mencumbu bibir merah basah itu dan semuanya terjadi begitu saja.

Nalana tidak pernah berpikir jika memulai dari awal yang Arga maksud juga termasuk dengan hubungan seksual mereka.

🍑🍑🍑

"Pagi buta kayak gini udah keramas aje, buk."

Nalana terjengit kaget ketika lampu yang sengaja ia nyalakan memperlihatkan Vian yang tengah meminum air. Perempuan itu menghela napas, mengelus dadanya. Hampir saja jantungnya copot melihat Vian di tengah kegelapan seperti tadi.

"Lo ngapain?!" tanya Nalana galak.

"Minum," jawab Vian polos. Menunjukkan gelas kosong pada Nalana.

"Ck! Maksud gue-- ah udahlah, minggir lo!" Nalana mendorong Vian yang berdiri di depan kulkas dengan tak santai membuat Vian hampir terhuyung.

"Masak apaan, Kak?"

"Apa aja yang bisa dimasak," jawab Nalana ketus.

"Dih, nyebelin!" Vian meletakkan gelas di meja. Duduk menatap apa yang Nalana lakukan.

Karena bosan, Vian mendekati Nalana. Mengambil alih apa yang perempuan itu lakukan membuat Nalana mendengkus untuk kesekian kali.

"Lo--"

"Nalana!" teriak Arga dari dalam kamar.

"Bayi gede lo urusin dulu tuh," ejek Vian sembari memotong cabai.

Dengan berat hati Nalana melangkah, membiarkan Vian melakukan apa yang cowok itu mau. Nalana membuka pintu kamar, di sana tampak Arga dengan wajah kusutnya menatap Bian yang tertawa.

"Kenapa?"

Nalana mendekati Bian. Bian yang melihat kedatangan Nalana langsung kegirangan dan meminta digendong.

"Muka kamu kenapa, Ga?" tanya Nalana sembari menahan tawanya.

"Kelakuan anak kamu, lah. Siapa lagi. Niatnya tadi aku mau lihat dia doang. Pas dia bangun karena nggak mau Bian nangis ya aku ajak main, eh nggak taunya nemu lipstik di kolong kasur. Kena deh muka aku. Daripada dia nangis."

Nalana menatap wajah Arga yang penuh goresan lipstik. "Pft ..."

Arga mendengkus kesal. "Ini punya kamu?"

"Nggak. Lagian punya aku warnanya nggak kayak gitu. Kamar kita 'kan di sebelah, Ga. Bian kemarin tidur sama Vian."

"Kayaknya punya Bunda ketinggalan deh, warnanya ngejreng. Warna mak-mak banget," gumam Arga.

"Cuci muka sana, Ga. Mukamu lucu banget."

Arga menatap Bian yang tak berhenti tersenyum, bayi itu bertepuk tangan girang membuat Arga mendekat.

"Hmm, nih-nih daripada ayah doang yang kena, bunda juga harus kena." Arga mengusapkan pipinya pada pipi Nalana. Membuat warna lipstik itu ikut menempel di pipi Nalana.

"Arga! Aku udah mandi!" Nalana menghindari Arga.

Arga menarik pinggang Nalana untuk mendekat ke arahnya. Cowok itu tersenyum miring, lantas mendekatkan wajahnya pada Nalana. Satu tangan Arga menutup mata Bian. Dengan gesit, cowok itu mencium bibir Nalana.

"Oi! Ayo sa--" Arga menjauhkan dirinya dari Nalana ketika suara Vian terdengar.

"--rapan." Vian terperangah. Dengan segera ia membalikkan badannya. "G-gue nggak lihat, kok. L-lanjutin aja!"

Vian berjalan menjauh dengan tergesa-gesa.

"Arga ...," rengek Nalana membuat Arga terkekeh.

🍑🍑🍑

dipublikasikan : 30-06-2022.


MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now