d u a p u l u h s e m b i l a n

55.9K 3.9K 41
                                    

.: 29. “Ada Masalah?” “Ada.” :.

Ketukan pintu itu membuat Nalana mendongak menghentikan aktivitasnya yang sedang mencuci sayur. Ia menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul enam sore. Setelah mengeringkan tangannya yang basah, Nalana segera membukakan pintu, berpikir itu Arga yang pulang.

"Lama banget, sih," dumel seseorang yang kini berlalu masuk membuat Nalana menghela napas.

Marvel diikuti Gema dan Vian masuk ke dalam rumah membuat Nalana ingin mengamuk karena ketiga orang itu tidak ada sopan-sopannya sama sekali.

"Ngapain?" tanya Nalana.

"Duduk," jawab ketiganya kompak membuat Nalana menggeram.

"Ma--"

"Disuruh Bang Arga, Kak, elah. Gitu aja mau ngamuk," sela Gema membuat Nalana menutup kembali mulutnya.

Arga nyuruh mereka? Tumben, batin Nalana. Bukannya apa-apa, setiap Arga pulang larut malam dulu juga dirinya selalu di rumah sendiri. Arga tidak pernah menyuruh Gema atau siapapun itu untuk menemani dirinya. Nalana beranjak pergi ke kamar mengambil ponsel untuk menuntaskan rasa penasarannya dengan bertanya kepada Arga langsung. Tadinya, Nalana hendak bertanya kepada Arga, tetapi cowok itu sudah mengiriminya pesan terlebih dahulu.

Arga.

| Aku pulang malem banget hari ini, Nal. Kamu ditemenin sama Marvel, Gema, sama Vian dulu nggak apa-apa, 'kan? Aku takutnya kamu butuh sesuatu terus aku nggak ada nanti malah jadi berabe.

Iya. Nggak apa-apa. Kamu udah makan, Ga? |

Arga offline. Nalana memilih mengembalikan ponselnya dan kembali ke ruang tamu menatap ketiga remaja yang sedang makan dengan nikmat itu. Nalana mengerutkan kening, sejak kapan Gema dan Vian jadi seakrab itu?

"Oi, Kak! Nih ada gudeg!"

Nalana menghampiri ketiganya dan duduk di sofa, mengambil kresek yang disodorkan oleh Gema.

"Tadi Bang Arga nitip gudeg ini ke gue, katanya lo pengen," jelas Marvel sebelum Nalana bertanya.

Nalana menatap gudeg itu dengan pandangan berbinar. Ia memang menginginkan makanan khas Jogjakarta itu beberapa hari lalu, tetapi baru keturutan sekarang. Bagaimana bisa Arga mengetahui keinginannya padahal ia tidak berkata sesuatu sama sekali pada lelaki itu? Ah, Arga memang pengertian.

"Lo nggak mau ke rumah nenek, Kak?" tanya Vian sembari menegak minuman setelah bersendawa keras.

"Jorok lu," cibir Gema.

"Lah, ini tandanya gue menikmati atas makanan apa yang gue makan!"

"Ya setidaknya tutup, kek. Bau njir!"

"Hidung lu kali bermasalah!" Vian tak mau mengalah.

Nalana memijit kepalanya pusing.

"Eh-eh, Kak, kenapa?" Marvel buru-buru berpindah tempat duduk dan duduk di samping Nalana.

"Kenapa, kenapa?" Gema ikutan panik.

Nalana mendengkus jengkel. "Diem! Gue pusing denger kalian ngomong mulu dari tadi."

"Lah, berpengaruh?" Vian terkikik. "Btw, singkirin tuh bekas makanan."

"Lo nyuruh gue?" tanya Marvel galak.

"Muka lo nggak usah sok galak anjir, nggak cocok. Lo 'kan uke."

"Matamu!" Marvel menendang kaki Gema membuat Gema terkikik geli.

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now