s e b e l a s

62.6K 4.7K 118
                                    

.: 11. Nasihat. :.

Pagi itu Arga menyusuri lorong sekolah dengan lesu. Tampilannya kacau sekali. Tidak ada senyum manis yang ia tebar seperti dulu. Arga, tampak lebih sering murung dari biasanya. Serta, Arganta Gilang Bhagawanta seperti yang mereka kenal, tidak lagi seperti dulu.

Cowok itu menaiki tangga menuju rooftop. Ia mengeluarkan sebungkus rokok. Saat pikirannya kacau, yang Arga bisa lakukan saat ini hanyalah merokok dan melamun. Dulu, ia bisa bercerita terus terang pada Ratna. Namun sekarang? Ia justru malu jika bercerita masalahnya pada Ratna. Arga malu akan perbuatannya sendiri.

"Kenapa?" Seseorang datang menepuk pundak Arga. Dan itu adalah Carlos.

"Bagi." Arga melempar bungkus rokok itu pada Carlos.

"Kenapa?" Carlos mengulangi pertanyaannya.

Arga menghela napas. "Nalana."

"Cerita aja."

"Gue rasanya mau gila, Los. Nalana, ck, gue jengkel banget sama dia. Dia nggak pernah ngertiin gue. Kemarin Agatha bantu gue cari kerja sampingan karena gue emang butuh banget. Nalana lihat gue sama Agatha di pasar malam karena gue yang ngajak Agatha, sebagai ucapan terima kasih. Pulang-pulang, dia kelihatan marah sama gue gara-gara itu. Gue capek, kesel gue."

Carlos terkekeh. Ia menyandarkan tubuhnya menikmati angin pagi yang cukup menenangkan ini.

"Lo pengen dimengerti sama Nalana karena lo suami dia, 'kan?"

Arga mengangguk.

"Nalana juga pengen lo ngertiin karena dia istri lo, Ga. Emang, cewek mana sih yang nggak sakit hati lihat suaminya jalan berdua sama cewek? Sama mantannya lagi dan nggak izin dia lagi. Mungkin kalau lo izin, Nalana juga bakalan ngerti, Ga. Gue tau tujuan lo sama Agatha baik. Tapi, gue rasa lo perlu minta izin dulu sama Nalana, Ga. Gitu-gitu dia 'kan istri lo."

"Nalana itu lagi hamil, Ga. Perasaan dia sensitif banget. Apalagi lo tau 'kan dia suka sama lo?" Carlos mendesah berat. "Tapi, itu tergantung dari lo, Ga."

"Inget, Ga. Nalana cewek baik-baik. Gue lihat dia nggak nuntut banyak dari lo. Dia cuma pengen dihargai."

"Gue duluan ke kelas. Pikirin kata-kata gue tadi," pamit Carlos sembari menepuk pundak Arga.

Arga bergeming hingga sebuah notifikasi dari ponselnya menyadarkan Arga dari lamunan.

+62 813-xxxx-xxxx
online.

| Temui saya di taman dekat SMA Andromeda.

| Ada hal yang ingin saya bicarakan sama kamu.

| Sada.

Sada? Papa Nalana? Apa yang akan pria itu bicarakan pada Arga?

🍑🍑🍑

Setelah memberi tau Bang Fadli jika ia akan datang sedikit terlambat, Arga segera mengambil motor dan berlalu pergi dari area sekolah. Sesuai apa yang Sada katakan, ia akan pergi menemui pria yang tak lain adalah mertuanya itu.

Selang beberapa menit, Arga sudah sampai di sebuah taman dekat sekolahnya. Arga berjalan menyusuri taman sembari menatap sekelilingnya berharap menemukan Sada. Tak lama, seorang pria yang sedang duduk di salah satu bangku taman membuat Arga memicingkan matanya. Ah, benar! Itu dia Sada!

"Om."

Sada mendongak. Pria itu berdehem dan menggeser duduknya agar Arga bisa duduk.

Keheningan melanda keduanya untuk beberapa saat. Arga sendiri ingin memulai perbincangan tetapi ia juga agak canggung karena tidak terlalu kenal dengan pria ini.

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now