d u a p u l u h d e l a p a n

55.1K 4K 14
                                    

.: 28. Tak Sama Lagi. :.

Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah
Waktu yang Salah - Fiersa Besari

Selepas pergi memeriksakan kandungan, Tante Anjani alias istri Om Guntur mengajak Nalana untuk menemaninya belanja bulanan sekaligus membeli perlengkapan bayi mengingat usia kandungan Nalana sudah menginjak 28 minggu atau 7 bulan.

"Tante," panggil Nalana.

"Iya, Nal?"

"Nalana mau ke sana dulu, ya. Ada yang mau dibeli juga."

Anjani mengangguk. Nalana segera mengambil troli karena barang yang ia beli cukup banyak. Nalana mengamati jejeran susu hamil. Matanya menyipit tidak mendapati susu yang biasanya ia minum. Saat hendak bertanya pegawai di sana, sebuah tepukan di pundaknya membuat Nalana kaget dan refleks menoleh ke samping. Sharena, teman sekelasnya sewaktu SMP ternyata sedang berdiri di sampingnya.

"Nalana?"

Nalana tersenyum kikuk sebagai balasan. Sedangkan Sharena, ia mengamati Nalana dari atas hingga bawah dengan tatapan yang tidak bisa Nalana tafsirkan.

"L-lo, hamil?"

"I-iya."

Dalam hati Nalana terus merapalkan doa supaya gadis yang tak lain saingannya waktu SMP ini segera pergi. Namun, sepertinya dunia sedang tidak berpihak pada Nalana sekarang. Sharena tampak tersenyum tipis, tetapi Nalana tau gadis itu hanya basa-basi padanya.

"Kabar lo gimana?" tanya Nalana basa-basi.

"Baik, dong! Lo tau nggak sih gue diajuin lomba sama sekolah. Dan lo tau apa? Gue juara 2, Nal! Gue nggak nyangka, deh."

"Wah, lo keren juga. Selamat, ya."

Sharena tersenyum hangat. "Ya jelas, dong. Sayang banget, ya, di umur lo yang semuda ini lo udah hamil. Pesen gue sih cuma satu, jaga aja anak lo baik-baik supaya nggak kebablasan kayak lo."

"Maksud lo apa, ya?" tanya Nalana sedikit tersinggung dengan kalimat Sharena.

"Ya gimana ya, Nal. Lo aja nggak bisa jaga diri lo. Gimana sama masa depan anak lo nanti? Lo yakin bisa didik dia dengan baik? Umur lo masih muda, loh."

"Gue tau di mana letak kesalahan gue. Gue juga nggak jodoh buat ngulangin kesalahan yang sama. Dan lo nggak pantas ngomong hal itu sama orang yang udah lama nggak lo temui. Nggak sopan."

Sharena hanya memutar bola matanya malas. "Ya, ya, serah lo deh. Nih, temen-temen SMP ngajak lo buat gabung ke acara ini. Reuni kecil-kecilan. Tadinya sih gue mau nyamperin ke rumah lo, tapi malah ketemu sama lo di sini. Ya udah, deh."

Nalana hanya mengambil undangan itu. "Makasih. Permisi."

Nalana berlalu mencoba menahan diri untuk tidak menangis. Sakit sekali rasanya saat mengetahui fakta bahwa saingannya dulu lebih unggul dibandingkan dirinya yang sekarang sudah tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Sharena benar, umurnya masih terlalu muda untuk mengurus seorang bayi kecil. Nalana tidak yakin akan hal itu.

"Nalana. Udah?"

Nalana tersentak. "E-enggak jadi, Tante. Tante udah? Kalau udah ayo pulang."

Anjani menatap Nalana dengan tatapan bingung. Perempuan itu ... menangis?

🍑🍑🍑

Pandangan matanya tertuju pada sebuah piagam penghargaan atas prestasi yang telah ia raih. Helaan napas kasar terdengar berat. Tangannya mengambil beberapa piagam itu dan memasukkannya ke dalam sebuah kotak yang telah disiapkan. Merasa kamarnya bersih dan tidak ada lagi buku-buku yang dulu gemar ia baca, ia bangkit berdiri memanggil pembantu rumah tangga untuk mengeluarkan kotak itu.

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now