Ϲhɑрtеr 6 : bеrɑnɡkɑt bеrsɑmɑ

57 23 6
                                    

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Di pagi seperti biasa Rasha masih setia di kamarnya. Jam sudah menunjukan pukul 06.45 namun gadis itu tertidur layaknya orang mati.

Tasya menggelengkan kepalanya kala masuk ke kamar sang kembaran. "Sikap malasnya nurun dari mana sih?" batinnya pada diri.

"Sha, bangun." Ia menepuk-nepuk pipi sang kakak. Berharap gadis itu terbangun.

Rasha terpaksa membuka matanya. Ia sedang mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal di langit ketujuh. "Kenapa sih, Sya?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Bangun, nanti telat ke sekolah."

"Emang udah jam berapa sih?" tanya Rasha lagi. Ia mulai bangkit dari tidurnya menatap diri di depan cermin.

"Udah jam enam lewat empat puluh delapan." jawab Tasya jujur. Ia mendudukkan dirinya di ranjang kembaran.

Sontak membuat Rasha kaget bukan main. "Gue mau siap-siap dulu, lo sama Abang tungguin gue. Awas aja kalo kalian ninggalin." Perintah Rasha sambil berlari menuju kamar mandi.

"Rasha ga pernah berubah, jadi sedih deh sama pasangannya." batin Tasya menggelengkan kepala. Prihatin dengan kembarannya sendiri.

『••✎••』

Rasha berjalan menuju ke pintu rumahnya. Ia berjalan dengan riang sesekali bersenandung kecil.

Daniel memasukan sesuap nasi kedalam mulutnya. Matanya tak sengaja menatap sang putri. "Sha makan dulu, sayang." panggilnya menunjuk hidangan dimeja.

Rasha tersenyum mendengar panggilan ayahnya, "Engga dulu, yah. Rasha udah telat soalnya. Rasha duluan ya, papay." ucapnya tak lupa memberikan fly kiss kepada sang ayah tercinta.

Daniel hanya bisa tersenyum melihat tingkah Rasha. Putrinya itu akhir akhir ini jarang sarapan bersama mereka mungkin karena telat bangun atau takut terlambat ke sekolah.

"Lain kali bangunin Rasha cepetan sedikit, sayang." Peringat Daniel pada sang istri.

Naya mengangguk pasrah. Wanita berumur kepalan empat itu berjalan ke meja makan. "Setiap hari ku bangunin, dia-nya aja yang kebo."

Daniel tertawa kecil sambil menggelengkan kepala mendengar jawaban Naya. "Ternyata sikapku dulu turun ke Rasha."

『••✎••』

Raka untuk RashaWhere stories live. Discover now