Ϲhɑрtеr 47 : Ѕіɑрɑ уɑnɡ mɑtі?

21 14 5
                                    

"Setiap ada kelebihan pasti ada kembalian."

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Tembakan pertama diarahkan pada Rasha dan tembakan kedua pada Clara.

Bruk..

"RAKAAA!!" Teriak Rasha histeris. Ia merasa dunianya berhenti. Pria itu melindungi dirinya saat Clara menembakkan peluru.

Raka terjatuh. Ia menatap Rasha dengan senyuman kemudian kegelapan merebut penglihatannya.

Rasha sempat melepaskan tali pada tangannya, saat Raka dan Clara berbicara tadi. Kemudian ia melepaskan kain pada mulutnya.

Rasha meletakkan kepala Raka pada pangkuannya. Air mata tak hentinya turun dari mata gadis itu.

Bruk..

Clara ikut terjatuh. "T-tidak, tidak. RAKA!" Penglihatannya memburam. Ia menatap Raka di pangkuan Rasha. "Kenapa Lo nolongin gadis itu, Ka?" Ia kehilangan kesadarannya.

Kevin melempar asal pistol itu. Ia berlari menghampiri Rasha dan Raka disana. Ia menghiraukan Tasya yang masih terikat dan pingsan itu. Raka lebih penting sekarang.

Ia menepuk pipi pria itu. "Ka, bilang sama gue. Lo belum mati."

Wiu...wiu...wiu

Suara mobil polisi terdengar dari luar. Bertepatan dengan itu Arlan, Bintang, Kinan dan Zacky datang mendekati mereka.

"Gue udah telpon polisi." Jelas Kinan memasuki ruangan itu.

Bintang dan Zacky berlari cepat kala keduanya melihat Raka berbaring tak berdaya disana. Mereka menggelengkan kepala cepat. Ini tidak mungkin.

"Ka, bangun Ka. Jangan mati dihadapan Asha." Teriak Rasha. Air matanya mengalir deras dari pipinya. Ia menggigit bibir bawahnya, berharap ini bukan mimpi.

Mendengar teriakan itu Tasya terbangun dari pingsannya. "Engh," Kevin dengan cepat menghampiri gadisnya.

"Kamu gapapa, sayang?" Tanyanya sambil melepaskan ikatan dan kain yang melilit tubuh gadisnya. Ia langsung memeluk Tasya kala gadis itu menggelengkan kepala.

"Bagaimana bisa kalian sampai disini?" Tanya Tasya menatap semua orang disana. Ia berusaha mencerna kejadian hari ini.

Kevin tak berniat menjawab pertanyaan Tasya. Ia malah melihat luka lebam pada lengan Tasya. Ia reflek memegang lengan itu.

"Awsh," keluh Tasya.

"Tangan gadisku jadi luka begini." Kevin dengan sigap menggendong Tasya ala bridal style. Ia membawanya ke bawah. Berharap disana ada ambulans juga. "Gue duluan." Pamitnya meninggalkan keenam manusia disana.

Keempat pria itu saling lirik. Kemudian menganggukkan kepala. "Sha, kita keluar sebentar, ya." Zacky menatap iba Rasha. Mereka tau gadis itu membutuhkan waktu berdua dengan Raka.

Bintang menyenggol lengan temannya merasa ada yang janggal dengan Raka saat ini. Zacky juga tahu itu. "Biarin." Ia berbisik pelan agar Rasha dan yang lainnya tak mendengar ucapannya.

Mereka pergi dari ruangan itu dan membopong tubuh Clara serta Kaila disana.

Rasha menepuk pelan pipi Raka. "Aka, Ka, bangun. Bangun, bangun sayang." Ucapnya menangis terisak.

Ia tak suka jika ending ceritanya berakhir seperti ini. Rasha mengguncang tubuh Raka, berharap pria itu terbangun.

"Sayang, aku mohon. Bangun."

"Masa pertemuan kita berakhir hari ini?"

"Mana janji kamu"

"Kita harus bersama selamanya."

"Janji?"

"Janji."

Ia kembali mengingat ucapan Raka sebelum mereka berpisah demi menggapai kampus impian masing-masing.

"Asha pengen hidup sampai kakek-nenek sama Aka. Aka bangun ya? Asha kangen sama Aka."

Sekian lama terdiam Raka akhirnya menggerakkan tubuhnya. Ia menatap Rasha dari pangkuan gadis itu. Tangannya ia gunakan untuk mengusap air mata gadisnya.

"Aka disini. Gak akan tinggalin Asha sendiri."

Rasha merasakan sentuhan hangat itu. Ia menatap Raka dengan tatapan tak percaya. Seolah-olah ini hanyalah mimpi. Tanpa berkata apapun, ia memeluk pria itu erat.

Rasha tak ingin kehilangan Raka lagi. "Ini beneran Raka, kan? Kamu belum mati, kan? Ini bukan jiwa orang yang transmigrasi, kan?"

Raka menggelengkan kepalanya cepat mendengar pertanyaan gadisnya. "Ini aku, pacarnya Rasha Andini." Ia memeluk Rasha tak kalah erat.

Rasha melepaskan pelukannya setelah beberapa menit. Ia mendudukkan Raka dihadapannya. Ingin rasanya ia bertanya sekarang.

"Kam–"

Raka melepaskan baja yang berada di dalam bajunya. Dan memperlihatkannya pada Rasha. "Lihat ini pelurunya masih ada." Raka mengambil peluru itu dan membuangnya.

Rasha tak menyangka jika baja itu bisa tahan dengan peluru. Dan untungnya, Raka baik-baik saja. Tunggu dulu..

Rasha menyipitkan matanya menatap Raka yang sedang senyum-senyum melihatnya. Ia baru tersadar sesuatu. "Ihh, Raka. Kamu buat aku khawatir tau ngga?" Ia memukul dada pria itu pelan.

Raka tersenyum tipis melihat tingkah Rasha. Ia mengusap puncak kepala gadisnya. "Maaf, ya. Aku gak bermaksud bikin kamu khawatir, pelurunya keras banget sampai nusuk bagian tulang. Mungkin karena capek berkelahi tadi, aku terhuyung dan pingsan." Jelasnya.

"Yang jelasnya aku gak bakal ninggalin kamu sendiri."

Ia menatap Rasha lekat dan langsung mencium bibir gadisnya. Ia merindukan Rasha. Sangat rindu.

『••✎••』

"Hati-hati." Rasha berteriak menatap Raka dan Tasya dari bandara. Kedua manusia itu telah kembali ke Jepang.

Sementara yang lainnya sudah pulang malam tadi. Mengingat sidang skripsi sebentar lagi akan dimulai. Sudah tak ada lagi waktu untuk bermain.

"Ayo, Sha. Sebentar lagi penerbangan kita." Kevin menatap gadis disebelahnya. Dan diangguki oleh Rasha.

↳ *𝑻𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅* ༉‧₊˚✧

Raka

Siapa disini yang di prank sama Raka 😁Silahkan digebuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siapa disini yang di prank sama Raka 😁
Silahkan digebuk

Raka untuk RashaWhere stories live. Discover now