Ϲhɑрtеr 24 : Bеᥣɑjɑr

44 18 4
                                    

"Memang benar ada roda kehidupan
Tapi kenapa rodaku selalu diam?
Tidak berputar sama sekali."

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Sudah terhitung tiga hari Rasha fokus belajar. Entah apa yang membuat gadis itu menjadi rajin belajar. Mungkin itulah yang dipikirkan Raka Cyril Takayama. Pria itu menatap Rasha tanpa berkedip. Sangat lucu menurutnya melihat gadis itu belajar.

"Lo ga belajar?" Tanya Rasha. Ia merasa risih di pandang seperti itu.

Raka malah menyilang kan kedua lengan di atas meja menatap Rasha sambil tiduran. "Ga belajar, nilai gue tetap bagus." Sombongnya.

Berbicara dengan Raka memang memerlukan suatu kehati-hatian. Kalau tidak inilah yang terjadi. Pria itu akan bersikap sombong.

Rasha memutar bola matanya tidak peduli. Ia kembali menatap tumpukan buku dihadapannya. Sesekali ia memijit pelipisnya, guna meredakan sakit kepala melihat angka yang bejibun.

"Istirahat dulu, Sha." Ajak Raka. Pria itu kembali pada posisi duduk. Ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Gue bawain bekal buat Lo." Lanjutnya. Sejujurnya ia ingin mendapat pujian dari gadis itu. Ia sudah berusaha belajar memasak dari vidio YouTube. Seharusnya usaha ini tidak sia-sia.

Raka sangat berharap semoga makanan itu cocok di lidah gadisnya (?). Rasha mulai membuka bekal makanan itu. Di dalamnya ada omurice. Itu adalah telur yang di gulung setengah matang dengan nasi dibawahnya. Biasanya makanan itu lebih cocok dimakan saat hangat. Dan salahnya pria itu memberikan omurice saat pulang sekolah. Yang benar saja.

Rasha tersenyum simpul melihat makanan itu. Ia mengambil sendok untuk membelah bagian tengah telur itu.  Setelahnya ia menyendokkan makanan kedalam mulutnya. Satu suapan masuk ke dalam mulut. "Huek,, asin sekali." Ia kembali menatap Raka yang sedang tersenyum lebar di sana.

"Enak." Rasha terpaksa berbohong. Siapa yang tega melihat wajah Raka seperti itu? Ia hanya reflek mengatakannya.

Mendengar itu Raka semakin melebarkan senyumannya. Dan Rasha lah yang beruntung melihat senyuman itu. "Ayo habiskan Rasha." Mohon pria itu penuh harap.

Rasha sendiri kikuk dibuatnya. Ia hanya menampilkan deretan gigi sambil sesekali mengangguk. "Mati gue kalo di paksain."

"Silahkan keluar dari kelas, sudah saatnya kelas ditutup." Ucap pak Dion-Petugas yang mengunci kelas.

Rasha merasa terselamatkan karena itu. Ia dengan segera merapikan buku-bukunya. Sementara wajah Raka yang tadinya bahagia menjadi murung kembali. "Ga bisa lebih lama lagi pak?"

"Ga bisa," tegas pak Dion. Sekiranya umur pria itu sudah berada di dekepalan lima. "Saya harus buru-buru ngasih makan kambing." Jelasnya.

Mau tak mau Raka berdiri dari duduknya mengambil beberapa barangnya yang berserakan. Pria itu berjalan lebih dulu meninggalkan ruangan.

Raka untuk RashaWhere stories live. Discover now