Ϲhɑрtеr 42 : Bеrріsɑh

21 14 1
                                    

"Tidak denganmu, maka tidak dengan yang lain"

"Tidak denganmu, maka tidak dengan yang lain"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

"Asha, gue mau ketemu sama Lo."

Rasha menatap jam dindingnya. Sekarang jam menunjukkan pukul 05.20 ia kembali menatap layar ponselnya. "Harus banget sekarang?"

Raka menganggukkan kepala di balik telpon itu. "Iyaa Asha, ada hal penting yang pengen gue omongin sama Lo."

Mendengar kata 'penting' membuat jantung Rasha berdegup kencang. Ia memposisikan tubuhnya menjadi duduk. "Pen–"

"Pokoknya, siap-siap Sha. Gue jemput."

Tut..

"Tapi–, ah apa sih?" Rasha melempar ponselnya kearah kasur. Dengan langkah kesal ia masuk kedalam kamar mandi.

Selang beberapa menit Rasha selesai dengan acara siap-siapnya. Sebelum ia melangkahkan kaki keluar dari kamar ia sempat menatap koper dekat lemarinya. Rasha menghela nafas panjang, ia berjalan meninggalkan kamar itu.

Tok..tok..tok

"Sebentar," teriak Rasha menuruni anak tangga. Ia buru-buru menghampiri pintu itu.

"Lho, Sha? Kamu mau kemana jam segini?" Tanya Naya. Wanita itu baru saja bangun. Niat hati ingin mengambil minum malah melihat anaknya berlarian.

"Jalan-jalan bentar." Jawab Rasha cepat. Ia berlari menuju pintu utama.

Raka menatap Rasha sambil tersenyum. Pria itu membawa sepeda.

Rasha dengan cepat menghampiri Raka. "Hal penting ap–"

Raka meletakan jarinya pada bibir Rasha. "Kita keliling taman dulu, Sha." Ia menepuk jok sepeda dibelakangnya.

Meskipun sedikit kesal, Rasha tetap mengiyakan dan mendudukkan dirinya dijok sepeda. Ada sesuatu yang berbeda dengan pria dihadapannya. Yang berbeda adalah tatapan mata Raka.

•🌷•

"Kayuh yang kuat, Aka." Rasha menyemangati Raka. Mereka melewati jalanan tanjakan, hingga Raka kesulitan mengayuh sepeda.

Raka mempercepat kayuhannya. Hingga sampai dipuncak. "Gue bawa Rasha apa gajah sih?" Tanyanya dan mendapat jitakan dari Rasha.

"Sakit, Sha."

Rasha memutar bola matanya malas. Ayolah kenapa dirinya disamakan dengan gajah? Memangnya ia seberat itu? "Bodoamat."

Kini saatnya mereka menuruni jalanan itu. "Pegangan, Sha." Rasha memeluk Raka dengan erat. Ia takut dengan ketinggian.

Slurr..

Mereka meluncur menuruni jalanan itu. Rasha menutup matanya tak melihat jalanan, jujur ia sangat takut. Tapi, saat angin menerpa wajahnya ia sedikit lega.

Raka untuk RashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang