Ϲhɑрtеr 22 : Tіnɡɡɑᥣ bеrsɑmɑ

46 19 3
                                    

"Biarkan Aku bertahan dan menunggu
agar kamu tahu bahwa setia itu ada."

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

"Ayolah Rasha menginap disini saja." Rengek Raka. Ia mengayunkan lengan Rasha seperti anak kecil. Kemana sekarang sikap kasar pria itu.

Rasha menggelengkan kepala melihat tingkah Raka. Bagaimana sekarang? Menginap? Di rumah laki-laki yang tinggal sendiri? Yang benar saja.

"Sekali engga ya engga." Jawab Rasha.

"Lo biarin gue tinggal sendiri?" Dari dulu Lo udah biasa sendiri kali - geram readers.

Rasha memutar bola matanya. Ia merogoh saku bajunya mencari ponsel.

"Halo, Sya." Percakapan Rasha kala ia menelpon kembarannya.

"Lo dimana, heh. Ga liat jam Lo?" Itu jelas bukan suara Tasya. Suaranya berat dan galak siapa lagi kalau bukan Arii, kakaknya yang kejam dan sayangnya masih jomblo sampai sekarang.

Mendengar itu Rasha sontak menoleh ke arah jam dinding. Ia kembali menoleh ke arah Raka yang mengayunkan lengannya. "Gue ga bisa pulang." Finalnya. Oh ayolah, punya hak apa dia menjaga Raka.

"Lo dimana? Biar gue jem-"

"Ga usah, ini lagi di rumah temen. Ngerjain tugas. Iyaah, kerja tugas. Tugasnya ga bisa ditinggal besok udah di presentasi." Jelas Rasha berbohong. Soal berbohong dialah ahlinya, sangat lancar sekali bukan.

Raka tersenyum cerah mendengar itu. Ia menggoyangkan kepalanya, senang.

"Yaudah, pokoknya Lo harus pulang besok." Ucap Arii dibalik telpon itu. Jujur ia sedikit tak percaya. Jika berhubungan dengan pelajaran apa boleh buat. Terpaksa pria itu menyetujuinya.

Kini Rasha menatap Raka. "Seneng lo?" Ucapnya sedikit kesal.

Pria itu malah mengangguk. "Ya iyalah."

"Tubuh gue lengket banget ini. Mana kamar mandi lo?" Tanya Rasha. Ia merasa gerah menggunakan seragam sekolahnya.

"Mandi bareng mau?" Tanya Raka tersenyum smirk. mendengar itu Rasha memukul keras lengan Raka. Tuhkan, memang ada yang tidak benar.

Ia menggosok pelan lengannya "Becanda, Sha." Sayangnya pukulan gadis itu bukan main-main. Jelas ini sakit.

Rasha keluar dari kamar mandi. Gadis itu sedikit malu-malu keluar dari sana. Ia menggunakan handuk sebatas lututnya. Seperti handuk biasa.

"Mana tahan." Batin Raka menatap Rasha.

"Liat apa lo." Tajam Rasha. Sedari tadi pria itu menatapnya tanpa berkedip. Dasar mesum. "Gue ga ada baju. Pinjem baju Lo."

Raka reflek menjawab. "Ga pake baju juga gapapa."

Rasha sontak melempar bantal ke arah pria itu. Sakit aja nyebelin apalagi kalau Raka sudah sembuh.

Raka untuk RashaWhere stories live. Discover now