Ϲhɑрtеr 46 : mіsі реnуеᥣɑmɑtɑn (Pɑrt 2)

21 14 3
                                    

"Jangan mengulangi kesalahan yang sama, karena masih banyak kesalahan yang belum di coba."

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Arlan, Bintang, Kinan dan Zacky berjalan masuk kedalam rumah itu. Anggota Red blood datang disaat yang tepat. Keempat manusia itu membiarkan Red blood melawan sisanya.

Saat memasuki rumah itu banyak sekali pria berbaju hitam terkapar diatas lantai dengan berlumuran darah.

Bintang dan Zacky saking tatap. Seolah tatapan mereka mengatakan 'Raka yang lama telah kembali.' lalu tersenyum smirk.

"Kita harus kemana sekarang?" Tanya Arlan mengusap keningnya menghilangkan keringat disana.

Keempatnya saling tatap. "Gue mendengar suara tangis disana." Tunjuk Zacky di lorong gelap.

"Lo yakin? Gue bahkan gak dengar suara apapun, selain kita berempat." Jelas Kinan. Ia mempertajam pendengarannya, berusaha mendengar suara tangis itu.

Bintang menatapnya, "jangan remehin pendengaran Zacky, gue yakin dia gak salah dengar." Jelas Bintang berjalan lebih dulu.

Arlan dan Kinan menaikkan bahu acuh dan berjalan mengikuti kedua manusia dihadapannya.

Dan benar saja semakin mendekati lorong itu semakin jelas suara tangis disana.

Kinan bergidik ngeri. "Gue takut, Lan." Ia mengusap kedua lengannya menghilangkan rasa groginya.

Meskipun jago dalam bertarung, Kinan tetap saja takut dengan hal-hal berbau mistis. Ia tak suka ini. Ia ingin pulang. Jika disuruh memilih ia lebih memilih melawan pria besar diluar sana.

"Ada gue, Lo gak perlu takut." Bisik Arlan menenangkan.

Mendengar itu Kinan semakin bergidik. "Gue jijik, Lan." Balasnya dengan cengengesan. Rasa takutnya sedikit hilang.

"Hiks..hikss"

"Huhuhu.."

Tanpa sadar Kinan memeluk Arlan disebelahnya. "Lan, gue belum mau mati." Ia memeluk pria itu erat.

Bintang menoleh kebelakang dan menempelkan jari ke bibirnya. "Ssttt, jangan berisik." Peringatnya lalu berjalan kembali.

"Ck, lepasin." Arlan melepaskan pelukan dari Kinan. Laki-laki kok penakut?

Kini mereka berada pada sebuah ruangan yang tak memiliki pintu. Ralat sepertinya pintu itu telah ditendang dan jatuh ke lantai.

Tepat saat mereka memasuki ruangan itu, keempatnya melihat dua gadis. Satu gadis yang sedang menangis dan satunya terkapar dilantai.

"Vierra?" Arlan dan Kinan saling tatap saat melihat gadis yang sekarat itu. Mereka mendekati Vierra. Dengan jelas keduanya melihat tanda legam pada leher gadis itu. Sepertinya ia baru saja di cekik.

Raka untuk RashaKde žijí příběhy. Začni objevovat