Bab 5

69.5K 4.3K 12
                                    

"Mamah!"

Seorang bocah cantik berseragam sekolah dasar berlari kearahku. Aku merentangkan tangan lebar-lebar dan memeluknya.

"Kok, tumben mamah jemput aku?"

"Kejutan." Aku tersenyum. Mengusak rambut Della lembut. Penuh sayang. "Hari ini mamah cuti sayang, jadi mamah jemput kamu. Gimana nginep di rumah eyang?"

"Enak. Banyak makanan." Della terkikik. "Mamah cuti berapa hari?"

"Dua hari. Kamu mau makan dimana sekarang? Jangan junkfood ya, gak bagus buat tubuh kamu."

"Aku mau makan steak," kata Della cepat. "Spaghetti, ayam goreng..."

"Hei, pilih satu. Steak atau spaghetti."

"Steak." Dengan cepat bocah itu memutuskan. "Mamah juga harus ikut makan, jangan cuma makan salad."

Aku cuma tersenyum. Melihat senyum cerahnya segala kegundahanku mendadak lenyap.

Hari ini aku sengaja cuti memang gara-gara kejadian kemarin saat aku berada di kantor Leo. Kejadian saat Leo melecehkanku sungguh membuat jiwa dan ragaku remuk. Aku tidak sanggup bila harus bertemu Leo lagi secepat itu, segala perbuatannya yang tidak menyenangkan itu akan kembali ku ingat.

Meski itu bukan kesalahanku, aku takut benar-benar takut bila Leo akan menjalankan ancamannya. Yang ia inginkan adalah mempermalukanku, menyerang mentalku. Kebenciannya tidak main-main.

Sebagai karyawan biasa, aku memang jarang bertemu Presdir, tapi sebagai karyawan divisi humas yang pekerjaannya sebagai ujung tombak untuk membuat citra baik perusahaan, maka pekerjaanku itu mau tidak mau harus berhubungan dengan Presdir.

Tapi biasanya untuk berhubungan dengan Presdir, Bu Elvina sendiri yang maju ke Presdir, bukan staf biasa seperti aku. Karena itu saat kemarin aku diminta mengantar dokumen ke ruangan Presdir, aku agak heran.
Namun jika mengingat kejadian itu, aku menduga mungkin memang itu disengaja oleh Leo sendiri. Dia yang meminta bu Elvina untuk mengirim aku ke kantornya, sebagai bawahan tentu saja bu Elvina tidak bisa menolak.
Dan akhirnya aku masuk jebakan.

Untung saja aku bisa lolos dan saat keluar dari kantor Leo aku tidak bertemu Anna maupun Shella. Anna sedang sibuk menelpon dan Shella mungkin sudah kembali ke ruangannya. Jadi tidak ada satupun dari mereka yang melihat penampilanku yang kusut dan berantakan.

Meski aku harus ke toilet dulu sebelum kembali ke tempatku, tapi aku bersyukur tidak ada satupun rekan-rekanku yang curiga. Bahkan bu Elvina juga tidak bertanya apa-apa lagi.

Dan hari itu juga aku segera mengajukan cuti dadakan. Untungnya lagi baik bu Elvina dan HRD tidak mempersulitku. Cuti dadakanku langsung disetujui. Aku memang butuh waktu untuk menenangkan diriku dan menjauh dari Leo, meski cuma dua hari. Namun aku juga berharap selesai cuti nanti, aku juga tidak akan terlalu sering bertemu atau berinteraksi dengan Leo.

Aku membawa Della ke restoran Steak yang cukup terkenal di Jakarta. Meski makanan disini cukup mahal, tapi aku tidak ragu-ragu untuk memanjakan bocah itu.

Mata Della berbinar-binar saat steak pesanannya datang, sesuai permintaannya, aku juga memesan satu, dia melarang aku makan salad. Padahal aku sedang diet. Tapi Della tidak membiarkan aku hanya memakan salad.

"Hari ini gak ada diet, mah. Mamah udah kurus, buat apa diet lagi?" Kata Della sambil menyodorkan segelas chocolate milkshake pesanannya padaku. "Mamahku yang paling cantik. Percaya sama Della."

"Mamah diet gak cuma buat kurus, Del. Tapi buat kesehatan. Kamu tahu berapa kandungan kalori dan lemak di dalam satu porsi steak kayak gini? Mamah harus jaga kesehatan, biar bisa tetap ngurus Della sampai tua. Ngebesarin Della dan juga ngejaga Della sampai nanti Della besar dan bisa berdiri di kaki Della sendiri."

"Cuma sekali-sekali kan gak apa-apa mah. Kan gak setiap hari kita makan steak. Della percaya, mamah bakalan terus sehat dan ngejagain Della sampai Della besar."

Ah, anak yang manis. Della memang selalu menjadi anak yang baik dan manis. Aku tidak dapat membayangkan, apa yang akan terjadi pada diriku bila Della tidak pernah hadir ke dalam kehidupanku. Hanya dia yang aku miliki. Satu-satunya milikku yang paling berharga.

Selesai makan, Della ingin makan puding coklat. Sementara ia memakan puding coklatnya aku pamit ke toilet sebentar.

"Mamah ke toilet sebentar ya, Del.
Beranikan mamah tinggal ke toilet sebentar?"

"Berani dong, mah. Della kan bukan anak kecil lagi."

"Pinter anak mamah."

Aku segera menuju toilet, tidak lupa memberitahu seorang pelayan restauran yang jaga di depan, agar sesekali memperhatikan Della yang sedang asyik makan pudingnya.

Bagaimanapun Della baru berusia 7 tahun. Aku khawatir bila meninggalkannya sendirian di tempat asing, meski cuma ke toilet.

Aku baru saja keluar dari toilet selesai mencuci tangan saat tiba-tiba seseorang menyergapku dari belakang, tanpa sempat aku berteriak, orang itu membawaku masuk ke salah satu bilik toilet wanita dan menguncinya.

Ia melepaskan tangannya yang membekap mulutku, saat itulah aku bisa melihat dengan jelas, siapa orangnya yang telah menyergapku secara tiba-tiba.

"LEO???"

SERENADA BIRU (End)Where stories live. Discover now