Bab 27

55.3K 3.5K 22
                                    

Jika menuruti kata hati, aku ingin sekali menerima 'lamaran' Leo. Yah, jujur saja di dunia ini siapa wanita yang tidak akan kepincut dengan pria tampan, pintar dan juga kaya? Leo memiliki semua kualifikasi yang didambakan setiap perempuan sebagai calon suami idaman.

Tapi akal sehatku sama sekali tidak menyetujui hal itu. Aku tahu Leo tidak mencintaiku. Tindakannya yang secara tidak terduga melamarku kurasa di dasari oleh rasa kasihan. Dan aku tidak butuh belas kasihnya.

Jika alasannya karena Della, aku tidak akan membenarkan hal itu. Selama ini tanpa kehadiran seorang suami hidupku dan Della baik-baik saja. Kami bahagia dan saling melengkapi. Kami menjalani hidup seperti orang-orang lainnya. Tidak kekurangan apapun. Jadi untuk apa memasukan orang luar untuk melengkapi kehidupan kami?

Aku bukan perempuan yang tidak bisa hidup tanpa sokongan laki-laki. Aku perempuan mandiri dan merdeka. Tanpa bantuan financial seorang laki-laki toh selama ini aku dan Della bisa hidup dengan baik.

Aku tidak ingin terjerat dalam pernikahan yang akan membuatku tidak bahagia.

Siang itu Aditya mengajakku makan siang bareng di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor. Selain menyajikan makanan western ternyata restoran ini juga menyediakan makanan Indonesia.

Aku memesan sop buntut sedangkan Aditya nasi goreng seafood.

"Apa ada yang ingin kamu tanyakan sama aku soal kejadian malam itu?" tanyaku to the point. Aku tahu Aditya mengajakku makan siang di luar pasti memiliki maksud lain. Ia pasti penasaran mengenai hubunganku dengan Leo. Kenapa tiba-tiba Pak Presdir ada di ruanganku malam itu.

"Makan dulu, Ren," katanya menunjuk hidangan di depanku yang belum aku sentuh. "Kamu pasti lapar."

"Kamu pasti penasaran kan mengenai hubunganku dengan Pak Leo?" tanyaku mengambil sendok dan garpu lalu menyendok sop buntut keatas nasi putih hangat di piringku. "Kamu pasti sudah menduga macam-macam."

"Apa di wajahku terlihat kalau aku menduga hal yang macam-macam tentang kamu?" Aditya balik bertanya. "Aku yakin kamu bukan perempuan macam itu."

"Perempuan macam apa aku menurutmu?"

"Yang pasti bukan seperti yang ada dipikiran kamu saat ini." Aditya menatapku tajam. "Ren, tolong jangan berprasangka buruk denganku. Aku tidak akan pernah berpikir kamu buruk. Itu semua dugaanmu yang menganggap aku berpikir buruk tentang kamu."

"Maaf," kataku meski aku tidak tahu kenapa aku mesti meminta maaf padanya. "Malam itu..kamu pasti mendengar percakapan kami berdua kan?"

Aditya mengangguk jujur. "Ya, aku mendengar semuanya." Ia tiba-tiba menggenggam tanganku dan menatapku sungguh-sungguh. "Aku minta maaf karena sudah lancang menguping pembicaraan kalian. Saat itu aku gak tau kalau ada Pak Leo di ruangan kamu. Waktu aku mau manggil kamu... aku terlanjur mendengar semuanya."

Aku menarik tanganku dari genggamannya. Mengambil gelas air putih dan meminumnya. Sekedar untuk meredakan keteganganku.

"Ren.." Ia menatapku cemas. "Maaf. Aku benar-benar minta maaf."

"Nggak apa-apa, kamu sudah tahu mau bagaimana lagi?"

"Ren, percaya sama aku. Aku nggak akan menceritakan hal ini sama orang lain. Itu rahasia pribadi kamu. Aku sumpah akan menyimpannya sendiri. Kamu bisa percaya aku."

"Mas, aku udah bilang nggak apa-apa. Lagi pula aku memang berniat resign dari Swara."

"Apa?" Aditya nampak kaget. "Kamu gak boleh resign, Ren. Percaya sama aku, aku nggak akan membocorkan rahasia kamu ini sama orang lain. Kamu gak usah khawatir, pegang janji aku."

"Mas, aku.."

"Ren, kita berdua sama-sama sudah dewasa kan? Kita bukan lagi anak abg yang harus mengumbar kata-kata cinta dan suka. Kamu pasti mengerti dengan sikapku selama ini sama kamu, kalau aku mendekati kamu bukan hanya sekedar teman."

Bagaimana aku tidak mengerti?Aku tahu Aditya tertarik padaku. Entah karena iseng atau serius. Tapi rasanya ada yang mengganjal di hati. Aditya pria yang baik dengan karir bagus. Ia pantas mendapatkan perempuan yang lebih baik dari aku. Perempuan single yang juga cantik dan karir cemerlang. Bukan perempuan yang sudah memiliki anak tanpa suami. Tiba-tiba saja aku merasa diriku begitu kotor dihadapannya.

"Mas, aku bukan perempuan yang pantas buat mas," kataku. "Mas tahu kalau aku.."

"Cuma aku yang tahu apa seorang perempuan pantas atau tidak buatku, Ren. Dan aku rasa kamu lebih dari pantas.

"Tapi mas aku.."

"Ren, tolong jangan tolak aku dengan alasan kamu tidak pantas buat aku. Semua orang punya masa lalu. Dan itu tergantung pasangannya mau menerima atau tidak masa lalu itu. Tapi aku sama sekali tidak keberatan dengan masa lalu kamu, Ren. Yang terpenting adalah diri kamu saat ini."

"Tapi aku kotor, mas. Aku memiliki anak di luar nikah. Aku.."

"Jangan memandang diri kamu begitu rendah, Ren. Pasti ada alasan dan sebab akibat mengapa itu bisa terjadi. Dan aku yakin itu semua bukan salah kamu atau kemauan kamu sendiri."

Kenapa Aditya begitu yakin dan percaya padaku? Kenapa dia yakin aku tidak seburuk itu. Kenapa di dunia ini ada lelaki sebaik dia? Saat menatap matanya aku tidak dapat lagi berkata-kata.

SERENADA BIRU (End)Where stories live. Discover now