Bab 15

61.8K 3.8K 6
                                    

"Dellaaa.."

Aku yang baru turun dari mobil tersenyum lebar saat melihat Tiara yang langsung lari dan memeluk Della erat.

"Ih, tante kangen banget sama kamu tau.." Tiara mencubit pipi Della gemas. "Lama banget gak ke sini sih."

Della terkikik geli dengan ulah Tiara. Aku yang repot membawa dus besar berisi black forest malah tidak diacuhkan.

Hari ini kami sengaja datang ke rumah Tebet karena Tante Inan ulang tahun. Hanya acara makan-makan dengan keluarga. Karena itu aku membawa kue black forest buatanku sendiri, aku memang senang membuat kue ulang tahun sendiri bila ada keluarga yang ulang tahun.

Sebenarnya ulang tahun Tante Inan hari kamis kemarin, tapi berhubung kami semua sibuk kerja jadi disepakati ulang tahun dirayakan hari sabtu. Dengan pertimbangan pada hari itu aku dan juga Tiara libur.

"Emm... ini black forest nya ya?wangi." Tiara mengambil alih dus kue di tanganku. Aku terpaku melihat mobil audi terparkir di halaman. Dengan plat nomor yang aku hapal.

"Bang Leo juga datang, mama yang minta dia datang." Tiara seakan mengerti arti dari tatapan mataku. Ia melirik mobil audi itu.

Aku tersenyum. "Yuk masuk. Tante pasti udah nungguin kan?" Aku mencoba tak peduli. Ini rumahnya dan sekarang acara ulang tahun ibunya, wajar kalau Leo ada di sini. Meski kalau boleh memilih aku lebih suka tidak bertemu dengannya.

Sejak kejadian malam itu, ku pikir aku akan jarang bertemu Leo. Di kantor kami memang jarang bertemu, kecuali secara tidak sengaja bertemu di lift atau di kantin kalau Leo ingin makan di kantin karyawan biasa. Tidak disangka justru akan kembali bertemu lagi di sini.

Dia sudah di sini, aku tidak punya hak untuk mengusirnya kan? Dia datang ke rumahnya sendiri dan untuk bertemu keluarganya. Satu-satunya jalan aku harus mencoba bersikap normal dan tidak terpengaruh dengan kehadirannya.

Tante Inan sedang mengobrol dengan Leo saat kami masuk. Begitu melihat Tante Inan, Della langsung berlari dan menubruk Tante Inan sambil berteriak.

"Eyaaangg utii.."

"Della." Tante Inan sama senangnya bertemu Della. Ia memeluk dan mencium Della penuh sayang. Jelas sekali kalau Tante Inan sangat menyayangi Della. "Kok baru sampe sayang?"

"Macet eyang. Mama juga sibuk bikin kue tadi." jawab Della.

"Kan eyang udah bilang mamamu gak perlu repot-repot bikin kue segala. Kita bisa beli kuenya."

"Mana bisa gitu, ma. Kue black forest buatan kak Ren jauh lebih enak dari buatan toko kue," kata Tiara.

"Tapi Renjani jadi repot cuma buat bikin kue doang," kata Tante Inan.

"Nggak repot kok, tante. Kan bahan-bahannya udah ada. Tinggal bikin aja." kataku.

"Hai, om Leo," sapa Della melihat Leo yang sedari tadi mengamati interaksi kami.

"Hai, Della."

"Om kok gak pernah ke rumah lagi? Om sibuk ya?"

"Nggak. Om cuma gak mau ganggu Della." Leo melirikku yang pura-pura tidak melihat. "Takut ada yang gak suka kalau om dateng."

"Om gak ganggu kok. Della seneng loh diajarin bikin pr. PR kemarin yang diajarin om Leo dapet nilai seratus."

"Beneran?"

"Bener, om. Della gak bohong."

"Oke, nanti kapan-kapan om main lagi ke rumah Della ya."

"Oke, om."

Tante Inan tersenyum melihat interaksi Leo dan Della, lalu matanya menatapku dengan berkaca-kaca. Ya ampun, jangan bilang dia merasa terharu melihat kedekatan ayah dan anak itu. Sedangkan ekspresi Tiara tidak bisa ku tebak. Tapi ku jamin ia juga pasti terlihat bahagia.

Apa mereka tidak tahu, meski terlihat dekat dan baik pada Della, Leo belum sepenuhnya menerima Della sebagai putrinya.
Dia masih meragukan Della, meski mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Tapi aku tahu itu semua disebabkan olehku.

Della lahir dari perempuan yang tidak ia cintai, jadi kenapa ia harus menerima kehadiran Della dalam hidupnya? Dan jangan lupakan juga, perjodohan denganku itulah penyebab ia kehilangan satu-satunya perempuan yang ia cintai.

Meski ulang tahun Tante Inan hanya merupakan makan malam keluarga, tapi hidangan yang disajikan cukup banyak dan mewah. Tante Inan juga membuatkan makanan kesukaan Della.

Acara makan malam di dominasi celotehan Della dan Tiara. Mereka berdua memang cukup akrab, hingga Tiara tidak segan-segan meladeni celotehan Della. Tante Inan juga ikut ngobrol meski tidak seintens Tiara.

Hanya aku satu-satunya di ruangan itu yang mendadak jadi bisu. Makanan yang ku makan terasa hambar dan sulit ku telan. Apalagi aku menyadari ada sepasang mata tajam yang mengawasi gerak gerikku sedari tadi. Tatapan pemangsa yang mengincar hewan buruannya.

Sehabis makan malam dan menikmati kue black forest buatanku, Tiara mengajak Della pergi dengan alasan masih kangen. Aku membantu Bibi membereskan piring dan gelas-gelas kotor ke dapur. Menghangatkan makanan sisa dan menaruhnya di wadah di meja makan. Makanan itu bisa di makan buat sarapan. Tante Inan juga sudah menyuruh aku membungkus makanan yang masih sisa banyak untuk dibawa pulang.

Setelah membantu Bibi membereskan peralatan dapur yang kotor, aku teringat permintaan Tante Inan yang minta dibuatkan susu penguat tulang untuknya. Tante Inan memang suka minum susu penguat tulang, karena almarhumah ibunya terkena osteoporosis jadi beliau sudah membiasakan minum susu sejak lama.

Aku bermaksud mengantarkan susu pesanan Tante Inan dan mencarinya di ruang tamu. Tapi saat melewati bekas kantor om Raharjo dulu yang kini diubah menjadi perpustakaan keluarga, tanpa sengaja aku melihat pintunya agak terbuka. Dan aku mendengar suara Leo dan Tante Inan dari dalam ruangan itu.

"Ternyata mama belum putus asa ya buat jodohin aku sama Renjani. Padahal sudah delapan tahun lebih..."

"Apa salahnya kamu mempertimbangkan Renjani untuk menjadi istri kamu, Leo?Kamu bukan anak kecil lagi, usia kamu sudah tiga puluh dua, sudah saatnya kamu mencari pendamping. Kamu tidak bisa membujang terus seumur hidup."

"Aku juga gak berniat untuk terus membujang seumur hidup, ma. Tapi kenapa harus Renjani?"

"Kenapa bukan dia? Lagi pula kalian sudah memiliki anak. Della itu anak kandung kamu, Leo. Pikirkan Della. Dia butuh status."

"Aku gak bisa menikah dengan perempuan yang nggak aku cintai ma. Jangan jadikan Della sebagai alasan agar Leo menikahi Renjani. Della mungkin anak kami, aku gak membantah kemiripan di antara kami. Tapi itu semua kecelakaan, ma. Leo akan memenuhi segala kebutuhan Della, membiayai pendidikannya sampai menjadi sarjana sekalipun. Tapi itu bukan berarti Leo harus menikahi Renjani."

"Renjani itu gadis yang baik, Leo. Dia cantik dan tulus. Sulit mencari gadis sebaik dia di jaman sekarang."

"Karena itu aku gak bisa menikahinya, ma. Renjani terlalu baik untuk Leo."

"Apa kamu masih mencintai, Safira?"

Aku yang mendengar pertanyaan yang diajukan Tante Inan memegang nampan di tanganku erat. Aku menanti jawaban apa yang akan diberikan Leo...

SERENADA BIRU (End)Where stories live. Discover now