Bab 41

48.6K 2.7K 15
                                    

Keesokan harinya, Leo sudah lebih baik. Demamnya sudah turun dan nafsu makannya meningkat. Pagi-pagi sekali dia minta sarapan bubur ayam. Lengkap dengan sate dan sambal.

Satenya lima tusuk dan sambalnya dua sendok. Sate masih kuturuti. Tapi kalau sambal tidak. Dan meski makan bubur ayam tanpa sambal, sambil misuh-misuh, Leo makan juga buburnya.

"Aku udah kayak orang sakit sungguhan. Mana enak makan bubur ayam tanpa sambal?" Sungut Leo. Meski mengomel tapi bubur satu mangkok habis juga. Aku lega melihatnya. Nafsu makannya sudah kembali. "Kamu kejam, Ren."

"Mana ada orang sakit makan bubur pakai sate? Apa kau tidak tahu, bubur untuk pasien di rumah sakit itu rasanya hambar dan tidak pakai micin?"

Leo mencibir mendengar ucapanku. "Pokoknya nanti siang, aku mau makan nasi padang. Pakai rendang dan gulai tunjang. Pesankan ayam pop juga. Minumnya jus alpukat."

Aku ternganga. Serius Leo mau makan sebanyak itu? Menu yang disebutkan itu semua pakai santan. Apa tidak apa-apa kalau dia memakannya?

"Oh, tidak apa-apa kok. Pak Leo itu demam, tidak bermasalah dengan pencernaannya. Karena demamnya sudah hilang, sekarang nafsu makannya kembali. Bukankah kata ibu, beberapa hari ini Pak Leo tidak berselera makan? Sekarang nafsu makannya sudah pulih, tidak apa-apa makan bersantan dan pedas. Tapi tolong beritahu Pak Leo. Harus tetap jaga kesehatan dan perhatikan kolesterolnya," kata Dokter Rully yang kuhubungi via telpon.

Leo yang mendengar itu cuma tersenyum penuh kemenangan. Karena telpon di loud speaker, ia bisa ikut mendengarkan percakapanku dengan dokter.

Seharian itu, Leo yang tidak pergi ke kantor bermalas-malasan sepanjang hari. Tapi siapa sangka kalau sedang sakit begini, Leo manjanya minta ampun. Manjanya mengalahkan Della kalau sedang sakit.

Dia memaksa agar aku tetap siap sedia di sisinya. Tidak boleh ke mana-mana. Bahkan makan saja kulakukan di kamar. Minta dibacakan cerita dan dielus-elus punggungnya.

Makan minta disuapi dan buang air kecil minta diantar. Bebar-benar kayak anak kecil. Praktis seharian itu aku gak bisa ke mana-mana. Stand by terus di sampingnya.

"Sabar ya, Ren. Nanti kalau aku udah sehat banget, Leo junior bakal muasin kamu lagi kok," kata Leo, saat aku membantunya ke kamar mandi untuk buang air kecil. Kamar tidur kami memang dilengkapi kamar mandi sendiri. Jadi tidak perlu repot-repot kalau perlu ke kamar mandi.

"Kamu lagi sakit, sempat-sempatnya ngomong gitu."

"Emang kamu gak kangen sama Leo junior? Semalam kan gak ditengokin.."

"Nanti malam kamu mau makan pakai apa? Jangan bilang nasi padang lagi." Aku cepat-cepat memotong ucapannya. Takut omongannya makin melantur.

"Aku kepingin tumis kangkung sama oseng cumi asin. Cuminya pake cabe ijo sama tomat ijo yang banyak. Sama sambel kecombrang buatan kamu."

"Oke, aku masakin tumis kangkung dan oseng cumi asin. Sambel kecombrangnya pedes kan? Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal sendirian dulu, sementara aku masakin buat kamu?"

"Nggak apa-apa."

Besoknya demam Leo sudah benar-benar hilang. Dan dia memaksa untuk pergi ke kantor, meski sudah ku pinta agar mengambil cuti satu hari lagi.

Harus kuakui kebugaran dan daya tahan tubuh Leo, memang bagus. Hingga ia bisa cepat sembuh. Meski begitu, melihat wajahnya yang masih sedikit pucat, aku menyarankan agar liburan kami ke villa dibatalkan saja.

"Tidak ada pembatalan." Tolak Leo yang sudah kuduga. Aku sudah hapal sifatnya. Kalau dia sudah memutuskan sesuatu, siapa yang bisa mengganggu gugat?Contohnya sudah banyak. Tidak perlu disebutkan.

"Kita tetap liburan ke villa. Berdua. Ah, apa kamu takut aku akan memperkosamu bila kita liburan berdua saja, Ren?"

"Leo!" Aku melotot memperingati. Omongan Leo mulai ngawur. Padahal ada Della di meja makan. Ikut sarapan bersama kami. Belum berangkat ke sekolah. Karena sekarang memang baru jam enam kurang.

Tapi Leo malah pasang tampang sok polos.

"Aku gak dengar apa-apa kok." Della cepat-cepat menghabiskan sarapannya. Seakan mengerti kalau ayahnya berotak mesum. "Selamat liburan buat kalian berdua. Aku minta oleh-oleh adik bayi ya."

Lalu melesat pergi setelah mencium pipi kami berdua. Leo cuma menyeringai lebar begitu anaknya sudah berangkat sekolah. Aku bahkan masih tercengang tak percaya dengan ucapan Della barusan. Serius itu Della yang bicara?

"Anak kita sudah besar..."senyum Leo tanpa dosa.

********************************

Hai,Bestie.Aku berencana mau menamatkan cerita ini nih.Soalnya aslinya cerita ini memang sudah tamat,cuma tinggal ketik ulang lalu dipublish.Karena aku menulis semua cerita2 ku di buku, baru diketik ulang deh.Dan kebetulan banyak banget cerita-cerita lama aku yang masih kependem di buku belum dipublikasikan.Jadi aku usahakan update tiap hari ya.Tapi please jangan marah ya kalau janji aku terkadang melenceng.

Aku juga punya banyak cerita baru,salah satunya yang belum aku publis judulnya'Hujan turun tanpa pesan'.Kisahnya berlatar di kota new york(gaya banget ya saya).Kisah cinta gadis asli Indonesia dan Taipan China kelahiran Amerika.Berlatar belakang budaya Indonesia,China dan Amerika.

Ada juga judulnya'Selama kau mencintaiku'(judul sementara).Kisah cinta pemuda Indonesia yang baru saja patah hati dengan gadis Amerika,anggota band musik yang kelak bakal jadi penyanyi terkenal dunia selevel katty perry.Wow!Ini latar belakangnya juga di Amerika dan Canada.Dibumbui kecemburuan,salah paham dan juga pertengkaran.

Juga saya mau menyelesaikan cerita saya yang satunya.Yaitu once upon a time,coba-coba bikin cerita berlatar isekai.Yang gak tau bagus apa nggak.Mohon masukannya ya.Saya cocok gak bikin cerita genre kayak gitu.Petualangan Julian di negeri antah berantah,dengan segala kenarsisan,over pedenya dan sikap seenaknya sendiri.Yang meski playboy tapi bisa bucin juga kalau sama cewek yang dia suka.

Oh ya ada juga cerita gadis sma biasa yang wajahnya biasa aja,hidupnya pas-pasan,nilainya juga gak bagus-bagus amat tapi berjuang keras buat hidupnya.Tema mainstream banget ya.

Oke deh Bestie,sekian dulu ya ocehan dari saya ini.Maaf kalau ada kata-kata yang salah atau bikin kalian boring dan eneg.

Satu harapan saya,kalian tetap menikmati cerita-cerita yang saya buat.Meluangkan waktu untuk membacanya.Dan terhibur ditengah hiruk pikuk rutinitas kehidupan.Salam penuh cinta dan sehat selalu.

I love you all

Eykabinaya

SERENADA BIRU (End)Where stories live. Discover now