Bab 39

48K 3K 27
                                    

Aku yang baru saja pulang dari menjemput Della sekolah tercengang saat melihat Leo yang berdiri di ambang pintu. Ini masih siang, tapi kenapa Leo sudah pulang?

"Kamu kok udah pulang? Kamu sakit?" tanyaku yang sedang mengeluarkan dua kantong belanjaan dari bagasi mobil di bantu Pak Amir. Supir pribadi yang memang dipekerjakan Leo untuk mengantarku ke mana-mana kalau mau pergi. Tugas Pak Amir bukan cuma itu sih, dia juga bertanggung jawab mengantar dan menjemput Della sekolah.

Hari ini aku sengaja ikut menjemput Della pulang sekolah, karena ada kebutuhan rumah yang sudah habis.

"Ada dokumen yang ketinggalan," ucap Leo.

"Kenapa gak telpon? Kan bisa aku suruh Pak Amir buat nganterin dokumen yang tertinggal di rumah. Jadi kamu gak perlu repot-repot buat pulang ngambil dokumen itu sendiri."

"Nggak apa-apa. Gak penting juga." Kenapa aku merasa sikap Leo begitu dingin? Ada apa sih dengan dia? Kulihat Leo menyuruh Della masuk ke dalam.

"Pak, belanjaannya tolong bawa masuk ke dalam ya. Saya mau ngomong penting sama ibu," kata Leo mengambil alih kantong belanjaan di tanganku lalu memberikannya pada Pak Amir. Ibu yang dia maksud itu pasti aku.

"Iya, Pak." Dengan patuh Pak Amir mengambil alih kantong belanjaan itu dan membawanya ke dalam langsung menuju dapur.

"Ikut aku." Leo menggamit lenganku lalu membawaku ke kamar kami. Tindakannya agak kasar, bahkan cengkramannya di lengan atasku cukup kuat membuatku meringis sakit.

"Leo! Ada apa? Kamu kenapa sih?" tanyaku begitu kami ada di dalam kamar. Aku melihat Leo bahkan mengunci pintu kamar kami segala. Jangan bilang kalau dia...

"Apa ini, Ren? Kamu jelasin sama aku, apa ini?" Leo menunjukan kemasan alumunium foil di tangannya yang isinya sudah habis aku minum. Aku terkesiap menatapnya, wajahku mendadak pucat pasi.

Aku sangat tahu apa itu, itu bekas bungkus pil kb berisi dua puluh delapan butir yang harus ku minum setiap hari tanpa terkecuali, kalau aku tidak ingin hamil. Bagaimana Leo bisa menemukan bekas bungkus pil kb itu? Seingatku aku selalu menyingkirkan bekas bungkusnya dengan hati-hati. Membuangnya tanpa ketahuan siapapun. Jadi bagaimana...?

"Jadi itu benar! Ini pil kb yang kamu minum selama hampir setahun ini agar kamu gak hamil!Pintar sekali kamu menyembunyikan ini dari aku selama setahun ini, Ren! Puas kamu udah ngebodohin aku selama ini, hah?"

"Kamu... Leo.. Aku gak bermaksud begitu.. aku.."

"Alasan apa lagi yang mau kamu katakan, Ren? Segitu bencinya kamu sama aku, hingga kamu nolak buat punya anak lagi sama aku? Iya?"

"Kalau Bi Rum secara gak sengaja nemuin ini di tempat sampah kamar kita, mungkin sampai detik ini aku gak bakal tahu kalau kamu minum pil sialan itu!Sampai detik ini aku bakal tetap jadi orang dungu yang gak ngerti kenapa kamu tetap gak hamil meski kita sering ngelakuin itu. Dan ternyata ini! Ini biang keroknya! Pil kb sialan ini!"

Bi Rum? Tempat sampah? Otakku berpikir cepat. Semalam aku memang terburu-buru meminum pil kb itu, karena kalau satu hari saja aku tidak meminumnya maka keakuratan dari pil kb itu tidak akan berguna. Apa aku lupa membuangnya ke tempat aman?Biasanya aku menyimpan bekas bungkusnya itu dengan hati-hati lalu membuangnya di luar lingkungan rumah.

Sebegitu hati-hatinya aku agar tidak ada yang tahu, persis kriminal profesional yang mencoba menyembunyikan semua bukti kejahatannya. Tapi pada akhirnya aku ketahuan juga. Seperti kata pepatah sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Seperti itu ya? Tapi aku benar-benar melupakan bungkus itu, aku benar-benar lupa dan teledor.

"Leo.. aku.. aku cuma gak mau hamil secepat itu. Apa memiliki Della saja gak cukup buat kamu?" tanyaku takut-takut, mencoba meredam kemarahannya.

"Kamu tahu umur kamu sekarang berapa? Kamu tahu kan resiko memiliki anak di usia di atas 30 tahun? Mengandung di usia itu cukup beresiko, Ren. Sedangkan kamu tahu aku kepingin punya banyak anak dari kamu. Kalau di usia ini kamu tidak mau punya anak. Di usia berapa lagi kamu mau hamil?

"Kamu juga tahu bagi seorang wanita itu ada masanya menopouse. Kalian tidak seperti kami laki-laki yang bisa punya anak diusia berapa saja. Perempuan itu ada masa expired nya."

Leo, kenapa mulutmu pedas sekali sih? Kamu menyamakan kami kaum wanita seperti makanan kemasan yang ada kadaluarsanya? Sedangkan sperma lelaki itu kayak formalin. Awet dan tahan lama.

"Aku bicara kenyataan, apa adanya," ucap Leo melihat tatapan tidak senang di mataku. "Wanita di atas usia 30 tahun cukup beresiko untuk melahirkan. Dokter juga bilang begitu kan?Ren, buat apa sih kamu minum pil kb ini? Kenapa kamu gak bilang sama aku kalau kamu belum mau hamil lagi? Kamu tahu apa yang bikin aku marah? Karena kamu melakukan itu sembunyi-sembunyi di belakangku!"

"Kalau aku ngomong sama kamu, minum pil kb nya terang-terangan di depan kamu apa kamu gak bakal marah?" tanyaku. "Jadi kamu bakal ijinin aku tetap minum pil kb itu kan?"

"Kamu masih tanya? Tentu saja gak bakal aku ijinin! Enak saja, percuma saja kalau nembaknya saja di dalam tapi gak jadi-jadi anak. Orang-orang bakal berpikir aku kurang jantan!"

"Siapa yang berkata kayak gitu?Nggak ada. Itu cuma pikiran kamu aja."

"Memang, siapa yang berani berkata kayak gitu sama aku?Buktinya udah ada kok, Della hasil dari kejantanan aku kan. Jadi sekarang kamu udah siap kan buat bikin anak lagi sama aku?"

Hah??

"Jangan macam-macam Leo!Kamu kan harus balik ke kantor!Meski kamu Presdir perusahaan, kamu gak bisa seenaknya gitu ninggalin kantor!" Kataku ngeri saat melihatnya melepas jasnya lalu dasinya lalu...

"Tapi sekarang ada yang jauh lebih penting dari pekerjaanku, Ren. Bikin anak sama kamu!" Ucap Leo dengan santainya. "Dan akan kupastikan kali ini harus jadi. Kamu belum minum pil sialan itu kan hari ini?"

SERENADA BIRU (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora