Bab 54( End )

76.5K 2.5K 109
                                    

"Ren, sayang...tolong jangan tertawa saat kau menerima dan membaca suratku ini. Mungkin kau akan menganggap aku pria kuno, yang di jaman modern seperti ini. Masih menggunakan surat untuk mengungkapkan perasaanku.

Kau boleh menyebutku apa saja, Ren. Pria yang tidak memiliki perasaan, bodoh dan sombong. Yang terlalu memiliki harga diri begitu tinggi, hingga nyaris membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Ren, penyesalan terbesar dalam hidupku, adalah saat bertahun-tahun lalu aku pergi meninggalkanmu..
Menolak perjodohan yang dibuat oleh orangtua kita untuk kita berdua. Saat itu aku dibutakan oleh besarnya harga diri dan ego di dada.

Aku sudah memiliki kekasih, aku sudah memiliki rencana untuk masa depanku sendiri. Dan tiba-tiba saja perjodohan itu membuat semua rencanaku berantakan. Aku sangat marah, pada kalian semua dan terutama padamu..

Kemarahan yang seharusnya tidak kualamatkan kepadamu. Tahukah kau Ren, bertahun-tahun setelah kepergianku dari rumah, setiap aku berada sendirian di kamar apartemenku di Amerika. Aku selalu merenungkan semua perbuatan yang telah aku lakukan padamu.

Kenapa aku harus marah? Untuk apa aku menolak perjodohan itu? Bukankah aku seharusnya merasa beruntung, bisa mendapatkan wanita sebaik dan secantik dirimu? Sekali lagi jawabannya hanya satu, karena aku buta. Oleh ego yang tinggi.

Karena aku berpikir, perjodohan itu hanya warisan kuno yang dipaksakan oleh orangtua pada anak-anak mereka. Apa itu perjodohan atas dasar persahabatan? Hutang budi? Atau bahkan jalinan bisnis? Karena aku percaya, kita berhak menentukan pasangan kita sendiri, tanpa campur tangan orangtua. Kenapa kita harus menikah dengan orang yang tidak kita kenal? Dengan orang asing yang kita bahkan belum pernah bertemu sebelumnya?

Tapi aku melupakan satu hal, kau bukan orang asing bagiku, bukan seseorang yang tidak kukenal atau pertama kalinya kutemui. Kau sudah ada di sisiku sejak lama. Kita telah tumbuh besar bersama.

Manusia memiliki jodohnya masing-masing. Tuhan sudah menciptakan untuk kita pasangan yang ditakdirkan olehNya. Lalu kenapa jika jalan takdir yang dipilihkan Tuhan berbeda untuk kita berdua?

Sebagian orang menemukan belahan jiwanya, mungkin dengan jalan yang normal. Bertemu, pacaran lalu menikah. Dan mungkin Tuhan tidak menuliskan hal itu padaku. Tapi ia memberikan belahan jiwaku, melalui jalan perjodohan orangtua kita...karena jalan cinta kita, memang telah ditakdirkan untuk berbeda.

Ren, percayakah kau kalau kukatakan aku sangat mencintaimu? Entah sejak kapan perasaan cinta itu datang. Tapi semakin hari, aku merasakan cinta yang kumiliki untukmu, semakin kuat bersarang dihatiku.

Dulu aku selalu mengira, aku tidak akan pernah bisa jatuh cinta padamu. Bahwa aku tidak akan pernah bisa mencintaimu. Tapi aku salah. Aku jatuh cinta padamu. Cintaku sampai titik di mana aku tidak bisa hidup tanpa cintamu.

Ren, aku tahu, kabar mengenai penyakitku ini telah menghancurkan hatimu. Aku tahu kau sering menangis diam-diam di belakang punggung kan? Karena dokter sudah memvonis hidupku.

Tahukah kau, Ren. Setiap aku melihat matamu yang penuh dengan kesedihan. Aku ingin sekali menghiburmu. Menangis bersamamu. Tapi aku tahu, jika itu kulakukan, maka aku akan semakin menghancurkan hatimu. Aku hanya bisa berpura-pura tegar di depanmu. Selalu ceria dan bersikap seolah tidak ada apa-apa. Kau melakukan itu karena tidak ingin aku bersedih, jika aku tahu, bukankah akan sia-sia usahamu untuk menghiburku?

Tapi harapan untuk kita bersama masih ada, Ren. Aku ingat hari di mana dokter Said merekomendasikan kita untuk membawaku berobat ke Singapura. Mereka memiliki peralatan yang canggih dan dokter-dokter spesialis terbaik untuk mengobatiku. Itu adalah hari di mana aku bisa melihat senyummu lagi.

Aku lelah, Ren. Aku sudah menulis cukup panjang. Tanganku pegal. Aku ingin istirahat. Kau juga harus beristirahat, Ren. Besok, kita harus memulai pengobatan lagi bukan? Kau dengar apa yang dikatakan dokter yang menanganiku kan, Ren? Aku pasti bisa sembuh. Mereka akan berjuang keras untuk menyembuhkanku. Mereka juga bilang kondisiku semakin stabil. Masih akan ada hari-hari panjang membentang di depan kita..

Aku menutup surat yang belum sepenuhnya selesai ditulis oleh Leo. Tapi surat itu sudah menyebutkan banyak hal apa yang ingin ia sampaikan.

Aku membetulkan selimut Leo, ia sudah tertidur dengan nyenyak. Besok ia akan menjalani lagi berbagai prosedur pengobatannya. Membawanya berobat ke Singapura, mungkin adalah langkah tepat yang kami lakukan. Aku bisa melihat kondisi Leo semakin membaik, wajahnya semakin memerah.

Aku percaya, kami masih memiliki banyak waktu untuk bersama. Untuk saling bergandengan tangan, sampai maut memisahkan kami....

END****

Extra chapter dengan pov Leo ada di karyakarsa ya teman-teman. Edisi revisi dan tambahan bab baru. Silakan di kunjungi. Nama penanya masih sama : Eykabinaya.
Terima kasih.

Ada 10 bab extra chapter di karyakarsa, dengan 1 bab yang tidak ada di wattpad. Arigato.

SERENADA BIRU (End)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ