Bab 30

58.2K 3.3K 29
                                    

Aku bisa melihat raut terkejut di wajah cantik Safira. Aku sendiri juga tidak menyangka Leo akan mengungkap kebenaran di antara kami. Dan jujur aku tidak mengerti untuk apa ia mengatakan kebenaran itu pada Safira?

Bukankah Safira itu cinta sejatinya Leo? Bukankah ini kesempatan baginya untuk kembali pada Safira? Kenapa ia harus berkata jujur kalau ia sudah memiliki anak denganku?Apa sebenarnya yang ada di pikiran Leo?

"Anak? Kamu punya anak sama dia? Lelucon apa lagi ini, Leo?"

"Ini bukan lelucon, Saf. Ini kebenarannya. Aku sudah punya anak, itu sebabnya aku harus menikah dengan Renjani."

"Leo!" Seruku menghentikan ucapannya. "Aku gak pernah ya meminta kamu untuk menikahi aku, ada atau tidak adanya anak di antara kita."

"Tapi kita memang harus menikah, Ren. Apa kamu mau Della gak punya status?"

"Jangan bawa-bawa Della. Ini gak ada sangkut pautnya sama dia."

"Tapi Della itu anakku! Kamu gak bisa menyangkal kebenarannya!"

"Kamu... jadi kamu sudah lama menghianati aku Leo? Sejak kapan? Kamu bahkan punya anak sama dia! Dan selama ini kamu bilang sama aku, kamu gak cinta sama dia! Kamu bahkan nolak dijodohin sama dia karena gak cinta. Dan sekarang tiba-tiba saja kamu bilang kamu sudah punya anak sama dia! Kamu pembohong besar Leo!"

"Safira, itu kecelakaan. Itu..."

"Diam kamu!" Aku yang bermaksud memberi penjelasan malah kena bentak. "Dasar murahan!"

Aku melotot kaget.

"Safira, jangan keterlaluan." Leo memperingatkan.

"Aku kecewa sama kamu Leo. Kamu gak ada bedanya sama laki-laki bajingan yang ada di luar sana. Kamu bilang gak cinta, bagaimana kalian bisa punya anak kalau kamu gak cinta sama dia? Bajingan!"

Safira meraih tasnya dan segera pergi dari hadapan kami. Aku melirik Leo yang terlihat tidak tertarik untuk mengejar Safira. Beberapa pengunjung yang tadi asyik melihat drama pertunjukan murahan itu juga pura-pura sibuk dengan urusan mereka sendiri setelah melihat tatapan galak Leo yang memandang sekitar.

"Leo, cepat kejar dia. Jangan diam aja."

"Kenapa aku harus ngejar dia?"

"Kalau kamu gak mengejar Safira sekarang, kamu bakal kehilangan dia selamanya!" kataku gemas melihat sikap acuh tak acuhnya.

"Renjani, kamu nyuruh aku ngejar wanita lain di saat kita akan menikah? Kamu serius?"

"Siapa yang mau menikah sama kamu?"

"Tentu saja kamu. Memangnya dengan siapa aku memiliki anak?"

"Kamu pikir aku mau nikah sama kamu?"

"Aku gak perlu persetujuan kamu. Kita nikah, kamu setuju atau gak setuju."

"Leo, please..." Kataku putus asa. Kenapa Leo begitu keras kepala? "Jangan seperti anak kecil."

"Yang seperti anak kecil kamu atau aku?" Ia balik bertanya.

"Leo, menikah itu bukan keputusan yang main-main. Pernikahan itu bukan permainan, Leo. Kamu gak bisa bilang kita akan menikah lalu besoknya kita nikah. Pernikahan itu harus dengan persetujuan kedua belah pihak. Pernikahan itu janji seumur hidup yang harus kita jaga di hadapan Tuhan."

"Kamu pikir aku gak menyadari hal itu? Berapa kamu pikir usiaku, ehm?"

"Kamu.. tapi kamu gak cinta sama aku, Leo."

"Itu gak penting, Ren. Aku memang  gak cinta sama kamu. Tapi aku janji akan membuat kamu bahagia. Aku akan membuat pernikahan kita bahagia seperti layaknya pernikahan orang-orang yang saling mencintai. Kamu bisa pegang janji aku ini."

Aku menatap Leo dengan putus asa. Mencoba mencari keraguan di balik tatapan matanya. Tapi aku tidak menemukannya. Leo nampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya barusan. Membuat pernikahan kami bahagia meski tanpa cinta?Bagaimana caranya? Bagaimana cara membuat sebuah pernikahan bahagia bila tidak ada cinta di dalamnya?

"Ini tidak akan berhasil..." Aku menggeleng lemah, meragukannya. "Sudahlah, Leo. Lupakan saja. Kita bisa tetap menjadi keluarga meski tanpa pernikahan."

"Kamu harus percaya sama aku, Ren. "Aku terkejut saat Leo meraih tanganku dan menggenggamnya erat. "Percaya aku sungguh-sungguh akan menjadi suami yang baik buat kamu dan ayah yang baik buat Della. Percaya aku akan bersungguh-sungguh menjalani pernikahan denganmu. Percaya aku akan membuat pernikahan yang bahagia bersamamu."

"Meski tanpa cinta? Meski kamu gak cinta sama aku?"

"Ya, meski tanpa cinta. Meski aku gak cinta sama kamu."

???

SERENADA BIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang