BAB 9

1.8K 209 14
                                    

Malam yang agak sepi. Tenang dan mendamaikan.

Hyesun kini disofa, melabuhkan kepala diatas peha si ibu sambil menikmati sentuhan ibunya yang mengusap rambut anak gadisnya.

Panjang dan lembut.

Dalam diam, eomma dapat mengetahui Hyesun mempunyai masalah. Kerana sejak balik daripada program temubual siang tadi, anaknya sering mengelamun. Seperti mempunyai perkara berat bersarang dalam fikiran.

Bukannya eomma tidak perasan.

Dia ibu Hyesun, pasti dia menyedari.

Tangan lembut itu naik mengusap bahu Hyesun, meraih perhatian anak gadisnya.

" Kenapa eomma? " Soal Hyesun. Eomma tersenyum tipis.

Hyesun ada masalah ya?

Hyesun terdiam. Kaku memandang wajah si ibu, sebelum cepat-cepat dia menukar eksperesi.

Gadis ini cuba tersenyum.

" Masalah? Tak adalah, okay je. "

Jangan tipu eomma lagi, Hyesun. Cukuplah kamu tipu pasal hal biasiswa tu.

Mata si gadis membulat. Memandang eomma dengan pandangan tidak percaya.

" Bi--biasiswa? Eomma, tahu ke? "

Kenapa sorokkan daripada eomma?

" Hyesun akan cuba dapatkan balik biasiswa tu. Hyesun jan-- "

Jangan paksa diri, sayang. Eomma masih hidup, eomma masih larat nak jaga kamu adik beradik. Kalau tak ada biasiswa, macam mana Hyesun makan? Siapa bagi duit belanja?

Panjang lebar eomma membalas. Kali ini, tiada riak lembut itu lagi. Eommanya sedang marah.

" Hyesun ada cara sendiri, eomma. Janganlah ris-- "

Tak risau? Kamu tu anak eomma, apa salahnya minta pada ibu sendiri duit belanja?

" Siapa cerita pada eomma? Yoshi? "

Eomma mengeluh.

Kalau dia tak cerita, sampai sekarang eomma tak tahu keadaan anak sendiri. Jangan marah Yoshi. Dia baik, dia banyak bantu eomma.

Hyesun menunduk. Dia angguk perlahan.

Tidak lagi menyangkal kata-kata eomma.

Benarlah, dia perlu berkongsi masalahnya kan? Kali ini mata eomma dipandang.

" Eomma... "

Eomma mengangkat kening. Menunggu respon Hyesun lagi.

" Tadi kan Hyesun pergi interview kan? Tahu tak siapa tokohnya? "

Siapa?

" Appa. "

Mata eomma membulat. Memandang Hyesun dengan mulut terlopong. Hyesun dengan pantas meraih tangan si ibu lantas digenggam kuat.

" Hyesun tak tahu. Sumpah, tak tahu. Hyesun pun benci tengok muka dia, eomma. "

Rambut si gadis diusap.

Tenungan lembut si ibu menyapa wajah Hyesun.

Jangan benci. Dia masih ayah Hyesun.

" Ayah yang dah tinggalkan kita? "

Dia cuma nak kehidupan lebih baik.

Ah Hyesun benci melihat senyuman si ibunya kini. Seperti rela diperlakukan begitu.

Kali ini, tiada suara diutarakan. Tangan Hyesun bergerak membuat bahasa isyarat.

Daripada kecik, Hyesun sendiri yang saksikan appa tinggalkan kita. Jadi, jangan halang Hyesun benci dia kalau dia lah punca Hyesun benci lelaki sekarang.

Bisu / Yoshi ✓Where stories live. Discover now