Bab 87: Ramalan

367 41 3
                                    

C/P: hi guysss~ xixixi masih ada yang nungguin cerita ini nggak nih?? Hehehe

Btw di sini ada kekeliruan penerjemahan yang diubah ya, yaitu "Penasihat Agung Li" yang seterusnya akan jadi "Kanselir Agung Li" yang artinya sama seperti perdana menteri. Karena penerjemah mengambil dari terjemahan Bahasa Inggris novel ini dan bukan dari bahasa sumbernya langsung yaitu Bahasa Mandarin, jadi penerjemah memutuskan untuk tetap memakai kosakata yang sesuai dengan terjemahan Bahasa Inggrisnya ya. Semoga saja tidak banyak merubah makna karna ini re-translation bukan translation. Jadi mungkin tidak 100% maknanya akan tersampaikan secara akurat... Terimakasih untuk para pembaca yang masih setia menunggu terjemahan ini, xixixi dan mohon maaf kalau lama update ya ges ya.

Ya sudah selamat membaca semuanya~

* * *

Dalam waktu yang dibutuhkan untuk membakar sebatang dupa, Jiang Xin Zhi membawa Jiang Ruan dan pergi tanpa peduli apapun, meninggalkan Jiang Quan yang tercekik karena amarah yang tertahan. Sayangnya Jiang Zhi Xin saat ini telah menerima prestasi yang berjasa dari kemiliteran, dan temperamennya telah sangat berubah. Dia tidak lagi mudah ditangani. Namun, Jiang Su Su bahkan berpikir untuk menambahkan bahan bakar ke dalam api, "Ayah, lihatlah Da Jiejie..."

"Diam!" Jiang Quan masih mengamuk. Melihat perawakan Jiang Su Su yang lemah, dia tidak bisa menahan perasaan lebih gelisah saat dia menyatakan, "Jika kau terpengaruh roh jahat, jangan berjalan-jalan. Kembalilah ke halamanmu sendiri!" Setelah itu, dia memelototi Jiang Chao dan segera pergi.

Jiang Su Su hanya bisa melihat Jiang Quan pergi dengan kaget sementara jejak kebencian melintas di mata Jiang Chao. Kedua bersaudara itu tetap diam, tetapi, pada saat itu, mereka sangat membenci Jiang Xin Zhi dan Jiang Ruan.

* * *

Setelah malam yang damai, keesokan harinya saat cahaya pertama ketika Jiang Ruan bangun, Lu Zhu masuk dengan kue mawar. "Hujan sudah reda. Sepertinya akan berhenti."

Dia tampak agak khawatir mengetahui sedikit tentang rencana Jiang Ruan. Alangkah baiknya jika hujan berhenti sekarang.

Jiang Ruan tersenyum tipis dan melihat keluar dari jendela. Tetesan air hujan yang lebat menjadi jarang. Air menetes jauh lebih lambat dari atap. Udara mulai menjadi lebih sejuk, menyapu awan gelap dari beberapa hari terakhir. Sepertinya tak lama lagi langit akan cerah.

Lian Qiao menyerahkan kurma merah rebus dan madu cassia kepada Jiang Ruan. "Ini belum waktunya. Tunggu saja."

Jiang Ruan menyesap air madu dan tanpa sadar mengetukkan jarinya di atas meja.

Hmm, hujan seperti akan mereda, tapi sebenarnya... angin kencanglah yang menandakan datangnya badai.

* * *

Di tepi waduk Bo Chang, kepala pengawas waduk menyeka keringatnya, berlari bolak-balik dengan penuh semangat, terus-menerus menyanjung para bangsawan yang sangat dihormati di depannya. "Ketinggian air telah dikendalikan dan waduk sangat stabil. Setelah mengamati hujan selama beberapa hari terakhir, tampaknya sudah banyak berkurang dan mungkin akan segera reda. Penanganan banjir ini semua berkat pekerjaan Yang Mulia Pangeran Kedelapan, dan Tuan Muda Kedua Li."

Xuan Li tersenyum lembut. "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan."

Kepala pengawas waduk tersenyum seperti bunga krisan yang mekar saat mendengar ini. Pujiannya bahkan lebih mempesona. "Yang Mulia merendah. Kehidupan orang-orang di sekitar waduk ada di tangan Yang Mulia. Merupakan berkah bagi orang-orang untuk memiliki pria yang mengayomi rakyat seperti Yang Mulia di Dinasti Jin Agung. Nanti, pejabat ini pasti akan melaporkan perbuatan baik Yang Mulia ke pengadilan." Dia punya banyak pertimbangan; semua orang tahu bahwa Putra Mahkota tidak punya banyak dukungan. Saat ini, yang paling berkuasa di istana adalah Pangeran Kedelapan dan Pangeran Kelima. Meskipun Pangeran Kelima lumayan, dalam hal otoritas di depan kaisar, dia masih tertinggal dari ibu kandung Pangeran Kedelapan.

[Book 1] The Rebirth of an Ill-Fated ConsortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang