9

524 140 29
                                    

👑 🐥 👑

👑 🐥 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷

Pukul lima pagi. Park Jimin terbiasa bangun sepagi itu setiap harinya, kecuali akhir pekan, untuk; olahraga, mandi, membuat sarapan dan menikmatinya sambil baca buku. Dia juga menyempatkan diri menonton berita pagi sampai mendekati jam kerjanya.

Jimin terbiasa hidup rapi, teratur dan terencana. Menjalani hari dengan setumpuk data klien yang harus dibaca lalu dipelajari, demi memberikan bantuan hukum secara maksimal untuk klien-kliennya.

Jimin itu gila kerja, terkadang sampai memangkas libur akhir pekan. Tidak suka diatur apa lagi diperintah, tidak suka hal-hal chessy yang membuatnya sakit kepala. Dulu Luna kerap protes karena sikap Jimin yang terlampau independent, memaksa pacarnya mandiri di segala bidang. Padahal, sesekali Luna juga ingin dapat perhatian pacar seperti gadis lain pada umumnya.

Bisa dibilang, Im Luna adalah gadis paling mandiri yang pernah ada di hidup Jimin. Luna nyaris tidak pernah mengeluh atau menuntut kehadiran sang pacar yang sibuknya melebihi selebritis. Jimin teramat jarang mendengarkan pendapatnya, dia selalu kalah bila berdebat dengan Jimin.

Sekarang Jimin dipertemukan dengan Cho Sera, yang sikap dan prilakunya beda jauh dari Luna. Gadis itu kerap berubah mood setiap saat, manjanya bikin Jimin migran, kalimatnya super ajaib saat sedang ngambek. Jimin mulai berpikir mungkin Tuhan sedang menghukumnya, bagaimana caranya dia akan menghabiskan sisa hidup bersama Cho Sera.

Lihatlah bagaimana Sera masih menggulung diri dalam selimut, padahal sekarang sudah pukul setengah tujuh pagi. Setelah dibangunkan, Jimin masih harus mendengarkan keluh kesah Sera. Dia juga membantu memilihkan pakaian, sepatu, menilai makeup, sampai tatanan rambut.

Terlepas Sera sekarang tengah hamil, dari awal Jimin sudah menduga kalau Sera tipe gadis yang merepotkan, terlebih bagi dia yang kelewat disiplin dan realistis. Sera terlalu muda untuk Jimin, 23 tahun, dia tidak pernah membayangkan memiliki pasangan semuda itu karena pasti tidak akan sejalan dan sepemikiran.

"Oppa, warna lipstick-nya kemerahan tidak, sih?"

Ketiga kali Sera bertanya hal yang sama. Mereka tengah berada di lift, turun ke lantai bawah untuk berangkat dan memulai hari di tempat kerja masing-masing.

"Kayaknya kemerahan deh, harusnya aku pakai nomor 02." Sera bicara sendiri, menghadap Jimin. Pria itu tak acuh menatap angka di layar bergerak lamban, mereka masih di lantai 12.

"Iya, kan?" tanya Sera sekali lagi, saat Jimin akhirnya melihat ke arahnya.

Jimin menggeleng.

"Ih, merah gini. Ini terlalu merah, iya 'kan?"

Akhirnya Jimin mengangguk biar masalah cepat selesai, meski dia tidak bisa membedakan warna lipstick yang Sera pakai. Di matanya sama saja dengan warna yang kemarin, atau kemarinnya lagi.

The CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang