5

528 147 50
                                    

Di dunia ini ada tipe wanita tertentu yang bisa terlihat sangat menarik. Karakteristik mereka yang utama adalah kecerdasan, cara pandang terang benderang yang mampu memancarkan kecantikan alami dari pahatan wajah cemerlang.

Im Luna, boleh jadi ratunya spesies ini. Cantik, pintar, kaya, terpelajar dan berprestasi.

Sera tahu, Im Luna adalah tipe ideal untuk pria-pria seperti Jimin, bukan perempuan dramatis hobi menangis untuk hal-hal tidak berguna seperti dirinya. Dari awal Jimin mengakui bahwa dia merepotkan, tidak pintar hingga mau saja diperbudak hubungan toxic. Dia kalah jauh dari Luna disegala bidang, kenyataan yang membuat pijakan kaki Sera semakin tidak seimbang.

Sera sudah terbiasa sakit karena mencintai seorang pria; Ayahnya, Taehyung dan sekarang Jimin. Namun kali ini kenapa rasanya lebih perih, menusuk sampai jauh ke dalam hati terdalamnya. Di antara desakan tidak rela, bila Jimin meninggalkannya karena perempuan lain.

Sera bersiap memutar bahu, tetapi keputusannya tertahan setelah dia menunduk dan melihat cincin pernikahannya yang berkilau, menyinari jari-jarinya. Saat upacara pernikahan Jimin telah berjanji akan menjaganya seumur hidup, menghabiskan sisa hidup sama-sama sampai mereka tua, sampai maut Tuhan yang memisahkan.

Sera menaikkan atensi, menghirup udara banyak-banyak sebelum menghembuskannya dengan kepastian yang dia pupuk cepat-cepat. Sera mengusap ujung matanya yang lembab, lalu dalam gerakan terukur dia menarik ikat rambutnya. Rambut hitam Sera yang halus, panjang dan lurus, tergerai.

Dia memasang senyum terbaik, lalu melangkah saling silang mendekati kedua orang itu seraya berseru.

"Jimin Oppa!" Sera melebarkan senyum, saat Jimin bergeser dua senti dan mereka bersitatap.

Sera menunggu dua detik sebelum dia yakin pada keputusan mempertahankan suaminya, dia tidak akan pernah merelakan Jimin untuk siapa pun. Termasuk pada si model cantik, mantan pacar Jimin, masa bodoh meski dia tidak selevel dengan Luna.

Di depan sana Jimin tersenyum, menggapai pinggang Sera saat jarak mereka tersisa selangkah.

"Kenapa tidak bilang mau datang?" tanya Sera, mendongak menatap Jimin.

"Aku baru ingin memberitahu, tapi kau keburu muncul," jawab Jimin, jarinya menyingkirkan anak rambut yang jatuh di dahi Sera.

"Ada janji temu dengan Luna?"

Jimin menggeleng. "Tidak ada, hanya tidak sengaja bertemu," jawabnya, santai.

Sera tersenyum, lengan Jimin sudah menjauh dari pinggangnya saat dia melihat Luna.

"Kalian sudah saling kenal, aku tidak perlu mengenalkan suamiku lagi padamu 'kan, Im Luna?" tanya Sera pada Luna yang menatapnya kelewat lurus.

"Love, kita pernah bertemu Luna di ulang tahun Jung Hoseok. Lupa?" ucap Jimin pada Sera.

Nada suara Jimin yang kelewat lembut sambil mengusap puncak kepala Sera, membuat Luna yang melihat buang muka.

"Ah, iya, aku baru ingat. Masih ada yang ingin kalian bicarakan atau bagaimana?"

"Tidak ada," sahut Jimin, seraya menggenggam jemari Sera. "Ayo!" tukasnya, bersiap pergi.

"Tunggu! Ada yang ingin kubicarakan padamu, Jimin." Luna menaikkan dagu, menatap Jimin yang balas menatapnya.

"Tentang?"

"Aku butuh bicara berdua, empat mata."

"Oke!" Jimin melirik Sera yang langsung melepas genggaman mereka, Sera bahkan memberi jarak sejengkal darinya. "Hubungi Kirana. Kau pasti masih ingat, bagaimana prosedur bila ingin membuat janji temu denganku."

The CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang