3

426 140 33
                                    

"Bibi Elena, apa aku bisa masuk kerja hari ini?"

Sera berdiri di depan lemari pakaiannya sambil menelepon, tangan kirinya membalik deretan pakaian tapi tidak juga menemukan yang cocok dia pakai ke kantor hari ini. Sambil mengapit ponsel di bahu kanan, akhirnya Sera menarik dress cinnamon Georges Hobeika, sementara suara Elena terdengar lagi di seberang.

"Bukannya kau masih cuti bulan madu sampai akhir pekan? Ini baru hari Rabu."

"Tidak," jawab Sera, menarik ponselnya dari leher dan berdiri tegak lagi, pakaian diletakkan di lengan. "Maksudnya, iya, tapi belum sekarang. Waktunya belum cukup longgar untuk itu, aku jadi bosan hanya diam di rumah."

"Jimin tidak keberatan?"

"Aku sudah membicarakannya dengan Jimin." Sera otomatis menoleh ke ujung ruang ganti, dia lupa kalau Jimin sedang bersiap juga. "Lagi pula, aku belum selesai mengurus persiapan untuk pemotretan sampul berikutnya. Aku tidak ingin mengecewakanmu, Bibi."

"Oh, love, aku senang sekali mendengarnya. Baiklah kalau begitu, sampai ketemu di kantor."

"Terima kasih, Bibi Elena."

"Jangan sungkan, sekali lagi selamat untuk pernikahanmu."

Sera selesai menelepon, dia berbalik dan terkesiap. Jimin berada tepat di belakangnya, tertawa melihat wajahnya yang kaku sambil mengusap rambutnya yang masih berantakan.

"Kayak lihat hantu," kata Jimin. "Lihat dasiku yang cerulean? Aku cari tidak ketemu, biasanya di laci."

"Memang di laci."

Sera meletakkan ponsel dan pakaiannya di meja rias, melipir ke laci meja kaca besar di tengah ruangan. Laci-laci mengelilingi meja, penuh dengan barang-barang kecil milik mereka berdua. Dari dasi, kaos kaki, jam tangan, serta deretan perhiasaan Sera yang lumayan ramai.

"Tadi tidak ada," kata Jimin, tertawa kecil saat Sera meliriknya tajam.

"Sengaja 'kan?" ucap Sera sambil menyerahkan dasi itu pada Jimin.

Dia tahu Jimin tipe orang yang bisa mengingat segala hal dengan sangat detail, melihat cara Jimin tertawa dia yakin yang barusan hanya akal-akalan Jimin saja untuk dapat perhatian.

"Hari ini aku masuk kerja." Sera berdiri di dekat Jimin yang sibuk pakai dasi, berdiri depan kaca setinggi badan. "Aku bosan sendirian di rumah, persiapan pemotretan juga belum rampung."

"Oke." Jimin menoleh pada Sera, setelah selesai memasang dasinya. "Seharusnya kita liburan ke Grindelwald, tapi pekerjaanku benar-benar tidak bisa ditinggal."

"Bisa lain kali, setelah semua pekerjaanmu beres baru kita rencanakan ulang."

Jimin mengangguk senang, dukungan sekecil itu saja sudah cukup untuknya. Dia keluar duluan dari walk in closet sambil menenteng jas hitamnya, sementara Sera masih sibuk menggelung rambut, diikat longgar di bagian bawah. Sera menyambar tas dan sepatu senada baju, lalu ikut keluar juga.

"Apa masih sempat kalau kita sarapan dulu?" tanya Sera, melihat Jimin sudah pakai kaos kaki. Dia menunggu di dekat meja dapur, sampai Jimin mengangguk seraya menjawab.

"Dua puluh lima menit cukup?"

"Yes, Love!" Sera terkikik geli melihat Jimin mengernyit heran, seolah-olah kata-katanya agak menjijikkan. "Bibi Elena sering menyapaku begitu, kedengarannya menyenangkan."

"Sudah jadi kebiasaan orang Britania memanggil kerabat dekat pakai love atau dear, Aunt juga memanggilku begitu."

"Aku boleh memanggilmu begitu juga?"

The CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang