TEARS

599 144 85
                                    

Berita-berita penangkapan Kim Jun Hyung memenuhi highlight stasiun tivi serta surat kabar, ketua partai pekerja sekaligus calon wakil presiden itu dicopot dari jabatannya sebagai ketua komite tertinggi di partai.

Junhyung ditangkap karena diduga menerima suap dari BruteMax sejak masa jabatannya dulu, dan terbukti merencanakan pelarian mantan direktur internasional BruteMax, Kim Seok Jin, yang tak lain adalah putranya sendiri.

Sementara tekanan untuk Presiden Jung terus bertambah dari para demonstran yang ingin sang presiden lengser lebih cepat, daripada sisa enam bulan masa jabatannya berakhir. Presiden Jung diduga mengetahui skandal BruteMax sejak awal, menyalahgunakan jabatan, serta diduga ikut menerima hasil dari tender yang jumlahnya digandakan.

Jimin mendengarkan berita-berita itu dari ruang kantornya, satu bulan berlalu dari tugas-tugas berat yang memangkas waktunya nyaris tanpa sisa. Namun, bukan sifat Jimin bersantai, bahkan dia telah menyiapkan kasus berikutnya yang diangsurkan Kirana kepadanya.

"Jim, selamat ulang tahun." Kirana memeluk Jimin sembari mengusap bahu sahabatnya. "Aku berdoa semoga hidupmu selalu dilimpahkan kebahagian, semoga aku cepat dapat keponakan."

Kirana tersenyum seraya melepas pelukan, tapi Jimin hanya mengernyitkan dahi.

"Lebih masuk akal aku yang menuntut keponakan dari kau dan Jungkook, kalian sudah menikah lebih dari lima tahun."

"Oh, kau belum tahu? Teman berengsekmu itu tidak mau punya anak, dia takut aku jadi repot."

Kirana jelas-jelas memutar bola mata ke langit-langit, tetapi terlalu imun untuk mengeluh atas keputusan Jungkook pada pernikahan mereka. Pekerjaan Jungkook yang mengharuskan sering pergi jauh dan lama, menjadi salah satu penyebab utamanya juga.

"Pekerjaan Jungkook terlalu beresiko, dia takut orang-orang yang tidak menyukainya menyakiti anak-anak kami. Begitu sih katanya," tukas Kirana, kelewat santai.

Lima tahun tanpa pembahasan keturunan, mengubah arah tujuan hidup Kirana, lambat laun dia menjadikan anak bukan lagi prioritas utama. Menunggu Jungkook kembali dari tugas saja sudah membuat Kirana stress, entah berapa ratus kali dia menghalau pikiran buruk dari Jungkook yang bisa membuatnya menjadi janda di usia muda.

Sejujurnya Park Jimin dan Jeon Jung Kook punya pemikiran sama tentang keturunan, keduanya menganggap anak bukanlah prioritas utama dalam pernikahan. Bedanya, Jimin penerus tahta yang diwajibkan memiliki setidaknya satu keturunan laki-laki, untuk mewarisi harta dan tahta yang sudah dibangun turun temurun sejak jaman kakek moyangnya.

Kirana tipe perempuan yang tidak ambil pusing, toh masyarakat Korea memang tidak terlalu memusingkan soal anak. Beda lagi dengan Cho Sera, istrinya itu malah kepingin punya banyak anak. Jimin sampai sakit kepala, tiap kali mengingat jumlah anak yang Sera inginkan.

Tetapi Jimin juga tidak tega menghilangkan senyum Sera, setiap kali mereka membahas soal anak. Tanpa Jimin sadari dia telah mengambulkan hal-hal yang menjadi impian Sera meski itu melanggar ketetapan hidupnya. Tanpa sadar, Jimin mengubah sedikit kebiasaannya yang tidak suka dibantah, hanya karena tidak sanggup melihat biji mata Sera yang berembun.

Jimin mengernyit, sebelum tertawa begitu saja tanpa alasan jelas sampai Kirana mengernyitkan dahi.

"Tiba-tiba dia muncul dipikiranku, apa sekarang aku tidak waras?"

"Ah, finally, sahabatku tersayang benar-benar jatuh cinta dalam arti sebenarnya."

"Maksudmu?" tanya Jimin.

"Pikirkan saja sendiri. Oh, Jim, pipimu merah."

Jimin menyentuh pipinya sendiri, tertawa begitu saja tanpa merasa tersinggung. Lagi-lagi hal baru, sebab biasanya Jimin malas membahas tentang persoalan cinta termasuk dengan segala tetek-bengek-nya, efek samping dari sebuah rasa yang menurut Jimin tidak nyata.

The CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang