2

466 146 26
                                    


Jimin memarkirkan mobil di bahu jalan lalu bergegas turun, sementara Jungkook menerima telepon dari seseorang sambil mengunyah kimbab tanpa dipotong sampai mulutnya penuh. Setelah mendorong seluruh makanan yang tertahan di tenggorokan dengan air dalam botol, Jungkook berseru pada Jimin yang tengah menelusuri area garis kuning.

"Jim, Jaeyun sedang menuju kemari. Dia ditugaskan untuk ikut menyelidiki kasus ini," katanya, tapi Jimin bergeming dan mulai melangkah turun ke arah lembah kecil di bawah jalan.

"Pakai sarung tangan, jangan sampai mencederai barang bukti dan tempat kejadian." Jungkook menyeringai mendapati Jimin berjingkat dan menatapnya terkejut, sewaktu dia menepuk bahu temannya itu.

"Kenapa melihatku begitu, seperti lihat hantu saja," kata Jungkook saat Jimin menerima sarung tangan dan memakainya. "Eh, mana ada hantu setampan temanmu ini," tukasnya, kentara songong saat mengucapkan kata tampan.

Biasanya mereka akan sama-sama menertawakan, tapi kali ini Jimin hanya menarik sudut bibir tanpa reaksi berarti. Setelahnya, mereka sama-sama menelusuri area itu sambil mencari-cari sesuatu yang mungkin tertinggal dari kejadian dua hari lalu.

"Hei, apa yang kalian lakukan di sini?!"

Jungkook dan Jimin menoleh pada asal suara. Seorang kakek yang jalannya setengah bungkuk mendekat, membawa karung hitam yang tampak berat dipanggul di bahunya yang renta.

"Mencari sesuatu?" tanyanya, meneliti penampilan Jungkook dan Jimin. "Oh, kalian polisi?"

Jungkook mengangguk, meneliti lawan bicaranya dengan teliti.

"Mau menanyakan hal yang sama lagi, tentang kecelakaan mobil itu? Sudah kubilang aku tidak mendengar apa-apa, suara keras atau benturan tidak ada yang seperti itu, kukatakan juga pada polisi yang sebelumnya datang ke tempat ini."

"Sudah ada yang datang sebelumnya, semenjak mobil diangkut?"

"Hhmm... wajahnya tidak setampan kalian, matanya aneh, dia lebih mirip penjahat daripada polisi. Oh, pria itu yang kumaksud," tukasnya, menunjuk sosok pria yang berdiri di atas sana.

Jungkook mengikuti arah yang ditunjuk si kakek, tawanya nyaris meledak melihat polisi tidak tampan dan mirip penjahat yang dimaksud adalah Sim Jaeyun.

"Dia teman kami." Jungkook menoleh, tapi si Kakek sudah menjauh. "Paman, tunggu dulu!"

Si Kakek tetap berjalan sekeras apa pun Jungkook memanggil.

"Pendengerannya sudah berkurang," kata Jaeyun, yang kini telah berdiri di antara Jungkook dan Jimin.

"Sudah kuduga, karena itu dia tidak mendengar suara saat kejadian tabrakan itu," timpal Jimin, masih melihat pada sosok si kakek yang membawa barang berat di bahunya.

"Oh, Jungkook, aku menemukan ini. Seperti potongan—Tuan Park, kau mau ke mana?" tambah Jaeyun pada Jimin yang tiba-tiba berlari menyusul pria tua itu.

Jimin sengaja menabrak bahu pria tua itu sampai oleng, menjatuhkan barang bawaan. Isinya seketika berhamburan, barang-barang bekas. Jimin buru-buru membantu memasukkan barang-barang ke karung lagi sambil meminta maaf, jarinya mendadak kaku melihat sepasang sepatu, mirip sepatu yang dipakai Sera di hari istrinya hilang.

Namun setelah Jimin amati sekali lagi, ukuran sepatu tidak sesuai ukuran kaki Sera. Sepatu itu berukuran 38, sementara ukuran kaki Sera cuma 36. Jimin hafal keseluruhan ukuran spesifik dari istrinya. Dia menghela napas lalu mengembalikan sepatu pada si kakek, kelelahan mencari petunjuk membuat Jimin mulai dirundung keputusasaan.

The CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang