10

501 144 39
                                    

👑 🐻 👑

👑 🐻 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷

Semburan bunyi klik-klik serta blitz menerpa wajah model pria yang tengah berpose, dibalut jaket biru-nilangsuka yang secerah permukaan samudera. Pahatan wajah nyaris tanpa celah, ekspresi setenang telaga, memudahkan photographer yang tampak puas selama lima jam sesi pemotretan.

Di sisi kanan, di antara staf berlalu lalang, Sera berdiri bersedekap seraya menatap muak pada Taehyung yang kedapatan berkali-kali meliriknya. Di sebelah Sera, Sunoo melakukan hal sama. Sambil menyesap es amerikano, Sunoo menatap penuh selidik makna tatapan si model tampan itu pada rekannya.

"Apa otot lehernya otomatis bergerak ke sini tiap tujuh detik, semacam engsel rusak jadi sulit dikendalikan?" Pertanyaan Sunoo terdengar seperti ejekan, sudut mata memicing kelewat sinis, jarinya yang basah oleh embun di sekeliling gelas plastik yang dia pegang menjentik bahu Sera.

"Ops! Sorry," kata Sunoo, tetesan air di jarinya jatuh di bahu Sera, tapi Sera tidak terlalu peduli.

"Kau tahu, aku bahkan sampai mual." Sera berkata sungguh-sungguh, sejak tadi lambungnya seperti diaduk tiap kali bersitatap dengan Taehyung.

"Sepertinya dia masih minat padamu, duh, jangan muntah di sini," tambahnya buru-buru, melihat Sera membekap mulut.

"Tolong gantikan aku sebentar, ke toilet dulu."

"Bukan masalah, pergilah."

"Thanks," kata Sera dan berjalan pergi.

"Jangan kembali kalau masih bau!" teriak Sunoo, sebelum Sera hilang di balik pintu.

Sesampainya di toilet, Sera berdiri di depan wastafel tanpa mengeluarkan isi lambung. Mualnya hilang, sulit dipercaya tapi asam lambung yang sempat naik ke tenggorok lenyap tanpa sisa. Dia cuma kumur-kumur, di sebelahnya seorang staf ikut berkumur dan berdesah kelewat panjang.

"Mual terus, padahal hanya hamil palsu."

Sera tidak bermaksud tersingung, tapi pernyataan itu seolah-olah tertuju padanya. Dia menoleh pada staf yang tidak dikenalnya, sambil menegakkan punggung Sera jelas-jelas menatap dingin.

"Siapa?" Sera bertanya kelewat datar, terlanjur jengkel.

"Aku," jawab staf itu kelewat lelah. "Dokter bilang tanda-tanda kehamilanku termasuk morning sickness yang kualami selama dua bulan ini, hanya hamil palsu. Aku terlalu kepingin hamil, tapi nyatanya tidak."

"Oh, ak baru tahu ada hal seperti itu," gumam Sera, tanpa sengaja mengusap perutnya sendiri. "Lantas, periodnya bagaimana?

"Memang sering tidak teratur kalau aku sedang stress. Astaga, aku jadi curhat padamu, Sera."

Sera tidak terkejut staf itu mengenalnya, sepertinya semua orang mengenal dia sebagai calon istri keponakan Kepala Editor. Status yang sangat menjanjikan, Sera merasa orang-orang jadi bersikap hati-hati padanya.

The CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang