LOVE POEM

588 152 101
                                    

👑 🐥 👑

👑 🐥 👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌷🌷🌷

Malam Pertama. Didalam otak Sera yang penuh drama, dia membayangkan malamnya bersama Jimin akan terjadi hal menajubkan seperti di novel-novel yang dia baca. Kenyataan, suami yang sehari-harinya hobi kerja bagai kuda, berubah jadi tidak professional diurusan ranjang.

Sulit dipercaya. Park Jimin yang katanya playboy tengik itu, tidak bisa menemukan arah dan tujuan, kepayahan seperti pria amatir yang buta akan "cara reproduksi manusia" sementara Sera yang berada di bawahnya sudah menangis karena jengkel.

Entah sudah berapa lama usaha malam pertama itu dilakukan tanpa hasil, sia-sia, sampai Jimin terlihat kelelahan. Dia juga bingung dengan dirinya sendiri, tenaganya serasa menghilang nyaris tanpa sisa, otaknya tumpul. Dari yang awalnya dia dan sang istri bersemangat, sampai akhirnya Sera menangis karena dia tidak kunjung datang.

Mata Jimin berkunang-kunang, dia benar-benar lelah sejak di pesta pernikahan. Agak mual dan pening. Seharusnya malam ini mereka tidur saja dengan damai, tapi entah siapa yang memulai tahu-tahu mereka sepakat merayakan malam pertama hari ini juga.

"Yak! Kau benar-benar ingin membuatku kesal?!" ujar Sera, hilang sudah tata krama memanggil suaminya. Sera lupa sopan santun, sekali dorong Jimin jatuh ke samping.

Sebetulnya Sera ingin mengambil alih, ganti posisi sebab Jimin sangat payah. Tapi Sera merasa tubuhnya lemas juga, dia ngantuk dan kakinya pegal setelah memakai high heels selama pesta.

"Sepertinya aku kelelahan," gumam Jimin, mendesah panjang sambil menatap langit-langit kamar yang seolah-olah menertawakan kepayahannya.

"Mungkin," sahut Sera, "tapi kupikir tidak sampai gagal juga. Ah, kau menyebalkan sekali sih."

Jimin diam saja, tangan kirinya bergerak ke pangkal paha. Matanya mengerjap aneh sebelum melirik Sera penuh kekhawatiran, sebab dia baru menyadari sesuatu yang janggal.

"Apa aku impoten?"

"Park Jimin! Jangan menakut-nakutiku?!" Sera otomatis memukuli lengan Jimin, rasanya dia ingin menangis lebih keras.

Oh, ayolah, mimpi buruk setiap perempuan selain dapat suami homo, ya dapat suami impoten. Sera ngeri sendiri membayangkan dirinya jadi kering, karena Jimin tidak bisa turn on.

Jimin bergeming, berpikir. "Lalu kenapa dia netral secepat ini?" tanyanya lagi, lebih kepada diri sendiri. Jimin melirik ke bawah saat menyebutkan kata dia, tampak sekali Jimin cemas.

"Mana kutahu!" Sera berteriak jengkel, menendang-nendang selimut sangking kesalnya.

Melihat tidak ada reaksi dari Jimin, Sera berhenti bertingkah, melirik suaminya yang terlihat tertekan dan menerawang. Tangan Jimin menggapai-gapai lampu kamar, pandangannya aneh.

The CovenantWhere stories live. Discover now