10

711 162 55
                                    

👑 🐥 👑

🌷🌷🌷

"Sera, bangun!"

Guncangan di bahu yang tergesa-gesa membuat Sera akhirnya menarik diri dari alam bawah sadar, mengintip di sela mata yang terlalu berat dibuka, serasa dilumuri pasir tetapi bahunya lagi-lagi diguncang tidak sabaran.

"Bagun, Sera! Bagaimana mungkin kau masih tidur, sementara calon suamimu sudah datang."

"Ibu, ini masih pagi. Tolonglah, aku ingin tidur sebentar lagi." Sera menarik selimut, tapi Mishil malah menarik lengannya.

"Lihat, kau pengangguran tapi jam segini masih sulit dibangunkan. Jimin yang sibuk sudah rapi dan menunggumu di depan, kondisi macam apa ini?" Mishil berkacak pinggang. "Kau tidak malu dengan calon suamimu, hah?! Astaga putriku masih kacau begini, cepat mandi!"

Bukannya menggubris ibunya, Sera malah cuma duduk dalam kebingungan.

"Jimin?" tanyanya lebih kepada diri sendiri bukan ibunya, melirik jam di nakas baru menunjuk pukul 7 kurang 15 menit.

"Iya, Park Jimin, dia datang menjemputmu yang ternyata masih tidur."

"Kenapa dia pagi-pagi ke sini?" tanya Sera penuh curiga, yakin sang ibu memakai nama Jimin agar dia cepat bangun dan tidak tidur lagi.

"Sudahlah jangan banyak tanya, ayo, Sera. Jangan bikin malu-hei mau ke mana?" Mishil tidak sempat menahan Sera yang tiba-tiba bergegas keluar kamar dengan rambut berantakan.

"Ibu, mana mungkin Jimin ke sini pagipa-gi-" Suara Sera meredup, menatap seorang pria dalam pakaian formal, rambut ditata rapi, duduk di kursi depan seraya tersenyum kepadanya.

"Hai! Baru bangun?" sapa Jimin, lembut dan halus.

Sera memaku, aliran darahnya naik dan mendarat di kepala. Sadar piyamanya miring, rambut megar dan wajahnya pasti berminyak. Si buruk rupa bertemu pangeran tampan di pagi hari-suara fiksi bergema di kepalanya.

Oh tidak!pekik Sera dalam hati, buang muka secepat cahaya dan masuk lagi ke kamar.

"Ibu, kenapa tidak bilang kalau ada Jimin!" Sera meraih handuk, cemberut melihat ibunya cuma memutar bola mata ke langit-langit. "Dia pasti akan mengejekku setelah ini," tukasnya sebelum hilang di balik pintu kamar mandi.

Sera membutuhkan waktu 15 menit untuk mandi, mengeringkan rambut segera sambil berdiri bingung depan lemari pakaian. Suara mesin hair dryer memenuhi kamar, di antara nada pesan ponsel yang tergeletak di nakas. Pesan dari Jimin.

Tujuh menit, hari ini temani aku kerja.

Bagaimana caranya dandan dalam tujuh menit, gerutu Sera, melukis alis saja butuh dua menit. Sera mendengus kesal, mengabaikan pesan itu dan siap-siap selama yang dia butuhkan.

Di luar Mishil menuang teh hangat untuk Jimin meski Jimin sempat menolak, sungkan sebab putrinya membuat Jimin menunggu lama. Dia duduk di seberang meja, menatap penasaran, mengingat kedatangan Jimin memang terlalu pagi. Pria itu muncul di muka pintu pukul 6.30, untung saja Mishil sudah mandi dan rapi saat menyambut kedatangan Jimin yang tak tertuga.

The CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang