3

519 141 45
                                    

Jimin duduk tegap bersama secangkir teh Chamomile panas setelah terapi psikiatrinya selesai, melirik Kirana yang berbicara dengan Jungkook di telepon, berdiri membelakangi. Atas saran Kirana, Jimin mendatangi dokter psikiater, membahas masalah yang akhir-akhir ini terasa mulai mengganggunya. Padahal Jimin harus tetap waras, sampai istrinya bisa diketemukan.

"Istriku ada dimana-mana," kata Jimin di awal sesi terapi. "Dari waktu ke waktu istriku semakin tampak nyata di mataku, dia bahkan bersikeras minta ikut kemari tapi aku melarangnya. Dokter tahu, bagian terberatnya? Diwujud halusinasi saja, dia masih mengindahkan laranganku."

Sejak kepulangannya ke rumah tiga hari lalu, Jimin merasa Sera tidak benar-benar menghilang. Sera ada di rumah menjalani hal yang biasa dilakukan, sangat nyata sampai Jimin merasa sudah tidak waras; tidur di sebelahnya, membuat sarapan, menyajikan menu siang dan makan malam.

Sera juga membersihkan rumah, mengajak nonton tivi dan bercerita hal-hal lucu yang terdengar asing bagi Jimin. Seolah-olah, bahan cerita istrinya asli baru dia dengar dari sang istri saat itu.

"Kau kelelahan, Tuan Park. Jam tidurmu acak-acakan, tekanan darah di bawah normal. Oh, apa hari ini kau sudah makan sesuatu?" tanya sang dokter.

Jimin hanya mengangkat cangkir tehnya.

"Sejujurnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ketahananmu membedakan hal nyata dan fiksi masih sangat baik. Hanya saja, otakmu sangat lelah dan tubuhmu mendukung hal itu. Cobalah untuk tidur lebih banyak, makan teratur, dan olahraga. Aku tahu permasalahan istrimu belum mendapat titik terang, aku ikut prihatin," ucap dokter itu, sembari memberikan selembar resep.

"Hanya diminum disaat kau benar-benar membutuhkan," tukasnya.

Jimin keluar dari ruang dokter 10 menit kemudian bersama Kirana. Mereka berjalan bersisihan menuju tempat makan masih di area rumah sakit, setelah Kirana tahu Jimin belum makan sejak kemarin. Jimin minta dipesankan semangkuk ramyeon, sup pangsit, juga sepiring samgyeopsal (daging panggang) lalu keduanya duduk di kursi tengah.

"Dari sini temani aku menjenguk Ibu mertuaku," kata Jimin, mengaduk sup yang baru dimakan dua suap.

"Bibi Jo semakin lemah, aku khawatir sebab beliau sendirian. Maksudku, meski Ibumu sering datang mengunjunginya, tapi Bibi Jo adalah Ibu tunggal," tambah Kirana, menjelaskan tanpa diminta.

Semenjak Sera dinyatakan hilang Jo Mishil jatuh sakit, keadaanya kian lemah setelah menangisi putrinya berhari-hari. Mishil benar-benar tidak bisa menerima kejadian buruk yang menimpa Sera. Han Soohee kerap menginap di rumah sakit selama Mishil menjalani pengobatan meski nyaris tanpa hasil, tetapi Soohee berpikir lebih baik Mishil di rumah sakit daripada di rumah sendirian.

"Jim, kau harus makan." Kirana berkata, menunjuk mangkuk sup dan piring daging yang belum disentuh Jimin. "Jungkook menemukan hal baru, kau pasti penasaran 'kan?"

Kirana tersenyum melihat Jimin menaikkan atensi kepadanya, lalu sebelum Jimin menyela dia buru-buru menambahkan.

"Habiskan makanmu baru kita akan membahasnya. Astaga, aku terlihat seperti Ibumu."

Kirana dan Jimin saling pandang dalam perasaan menggelikan, lalu keduanya tertawa kecil dan lanjut makan sampai semuanya ludes.

"Kia, terima kasih. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan, kalau bukan kau yang jadi temanku."

Kirana termangu sembari memandangi Jimin di seberang meja, rasanya sudah berabad-abad lamanya dia tidak mendengar Jimin memanggilnya dengan sapaan itu. Jungkook bahkan tidak pernah tahu bahwasanya, Kirana pernah meminta Jimin memanggil dengan panggilan kecilnya.

The CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang