5

696 151 31
                                    

👑 🐻 👑

👑 🐻 👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌷🌷🌷

Selama 23 tahun dia hidup, Cho Sera sudah mengalami berbagai drama dan peristiwa, namun dia tidak pernah bangun pagi dalam keragu-raguan bahwa yang dikerjakan hari ini adalah keputusan paling salah yang pernah dipilihnya. Berangkat bekerja untuk menjadi asisten pribadi dari kepala editor HEUR Magazine, padahal dia tidak punya pengalaman apa pun di dunia kerja.

Pekerjaan yang dia dapat berpredikat sebagai titipan keluarga, nepotisme. Bukan salah Sera jika berpikir demikian hal itu adalah kecurangan. Siapa yang mau berteman dengan staf hasil titipan calon suami, yang kebetulan menjabat sebagai keponakan kesayangan dari Sang kepala editor.

Sialnya lagi, Sera tidak pandai bergaul di lingkungan sosial yang luas. Dia lupa bagaimana cara bersosialisasi kepada orang-orang baru, karena terlalu lama hidup dalam kehaluan hakiki pada sosok idola tengik yang memanfaatkan kebodohannya.

Entah bagaimana caranya, Sera bisa melupakan otak yang diberikan Tuhan selama bertahun-tahun hanya demi seorang Kim Tae Hyung.

"KAJJA!!!"

Sera masih berdiri depan kaca setinggi badan di dalam walk in closet Jimin, saat teriakkan pria itu menggema kelima kalinya. Dia masih ragu dengan setelan Emilia Wickstead semi formal hitam selutut yang dihadiahkan Soohee kepadanya, rambutnya diikat setengah di tengah, memakai high heels Rupert Sanderson lima centi dan sudah rapi berdandan.

Namun, kepercayaan dirinya tetap saja tidak mau muncul ke permukaan pikiran.

"Berangkat sekarang atau kutinggal?!"

Raut wajah Jimin yang sedatar jalanan aspal kota Seoul muncul di ambang pintu, Sera tidak serta merta menjauh dari kaca sampai Jimin bertolak pinggang di depannya.

"Kenapa lagi?" tanya Jimin dengan kesabaran setipis bulu kucing.

"Sepertinya ada yang kurang." Sera meminta Jimin menilai penampilannya sekali lagi, tapi pria itu hanya memutar bola mata ke langit-langit.

"Bibi Elena akan memecat staf yang datang terlambat, kesempatan hanya kuberikan satu kali."

Jimin membalikkan badan, berjalan cepat keluar dari kamar. Dia tidak berhenti, meski Sera menahan lengannya sambil merengek.

"Oppa, aku tidak usah kerja deh?"

"Ulangi?!"

Pandangan Jimin yang kelewat lurus, seolah-olah pria itu akan mencekiknya sampai kehabisan napas, membuat Sera menyesali kata-katanya. Sera tersenyum kaku, bergegas masuk ke lift.

Sera meloloskan napas yang terdengar terlalu panjang, begitu mereka sudah berada di dalam Range Rover dengan aroma Jimin yang tertinggal di tiap sudut mobil. Sera bahkan tidak ingat pakai sabuk pengaman, sampai Jimin membantu menarik safety belt itu sambil berdecak kesal.

The CovenantWhere stories live. Discover now