36

13.7K 1.5K 38
                                    












Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Ckkiiiiiiiiittttttt

Brukkkkkkkkkk

Setelah mendapat telepon dari Max, Derick buru-buru pulang tanpa memedulikan meeting nya, ia dengan gila-gilaan mengendarai mobilnya hingga berakhir menabrak gerbang depan mansion

"Tuan..."

"Max singkirkan mobilnya dan ganti gerbangnya"

Derick bergegas melewati asistennya itu dengan tergesa-gesa, sekarang yang ada dipikirannya hanyalah istri dan putra bungsunya

Max menatap miris gerbang depan mansion yang tampak miring bagian bawahnya, ia mengambil ponselnya bersiap untuk menghubungi seseorang yang bisa memperbaiki gerbang sebelum sebuah suara tabrakan mengejutkannya, ia sekali lagi tersenyum miris mendapati gerbang yang sedikit lagi akan roboh

"Om Max tolong ganti gerbangnya!!"

Tanpa menunggu jawaban Max, Alex dan Lexy melewati tangan kanan Derick begitu saja

"Baik Tuan mu-"

Brakkkkkkkkk

Brukkkkkkkkk

"-da..."

Kali ini gerbang mansion benar-benar roboh ditabrak oleh mobil si kembar Ane dan Ace, diikuti Leon dan Jacob dibelakang keduanya

"Om Max gerbangnya!!!"

Keempat remaja itu berlari mengejar si sulung Lexy dan Alex

"Benar-benar keluarga ajaib" ia memasang jempol dengan ekspresi tak berdaya lantas mendekatkan telepon ke telinganya

"Ganti gerbang depan mansion segera! Oh usahakan itu terbuat dari bahan baja yang tahan banting! Ingat harus dari baja! Kalau bisa gerbangnya tidak akan roboh saat ditabrak pesawat!!"

Tutt

Max mengakhiri telepon sepihak, sementara ekspresi pihak lain nampak melongo mendengar permintaan atasannya

"Sepertinya aku salah dengar"






Derick dengan perasaan kalut naik ke lantai 3 diikuti para anak muda dibelakangnya

Brakkkkkkkkk

Ia membuka pintu kamar dengan kasar, matanya menelisik seisi kamar, mendapati Elena yang duduk ditempat tidur sembari mengusap rambut Allen dan memberi kata-kata penenang pada si bungsu yang sempat terusik tidurnya

"Syutt tidak apa-apa baby.. tidurlah lagi"

Wajah Elena pucat namun itu tak mampu menyembunyikan rona bahagia yang membuat senyum terbit di bibirnya

Derick berjalan mendekat dan duduk disamping istrinya

"Kamu tidak apa-apa sayang?"

Raut wajah Derick penuh kekhawatiran, ia takut kalau istrinya akan kembali seperti dulu, selalu menangis dan mengurung diri di kamar, itu membuatnya merasa hancur

"Kau mengganggu tidur putraku Derick"

Elena menoleh memberikan senyum lembutnya

"Syukurlah!"

Derick reflek memeluk istrinya erat

"Maaf membuatmu khawatir"

Elena menyandarkan punggungnya di lengan kokoh Derick, sementara salah satu tangan Derick sibuk membelai dan mengecup pucuk kepala istrinya dengan lembut

Alger or Allen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang