4.malaikat kecil

201 30 12
                                    

Allo kamu balik lagi ternyata😁

happy reading🙂

jangan lupa vote and komen ya♥

°°°°

"Lautan pun sepertinya tau bahwa aku menyimpan luka yang lebih dalam dari nya" ~ Bhanu.

°°°


Hembusan angin malam menyapa tubuh Dion, kelopak matanya perlahan terbuka saat hawa dingin semakin terasa. Toko kini semakin sepi, hanya suara jam dinding yang menemani malam malam Dion.

Mata Dion menatap sekeliling, sepi. Tidak ada siapapun, hanya Dion sendiri. Sebenarnya ada Angga yang selalu menjadi partner Dion bekerja dari sift siang hingga malam, tapi karena ada urusan mendadak Angga harus izin pulang lebih awal.

'Sampe kapan gw bakal hidup kayak gini terus?' batin Dion bertanya saat tanpa sengaja ia melihat seorang anak lelaki berkisar umur lima tahun yang sedang melewati toko bersama seorang pria berkemeja hitam.

"Ayah ayah mau itu" si anak tampak sedikit merengek sambil menunjuk balon balon yang dijual diseberang jalan.

Dari balik kaca Dion bisa melihat dengan jelas anak itu tertawa riang saat menerima balon yang ia mau sambil menggenggam tangan orang yang ia sebut 'ayah'.

Dion iri, sangat iri. Walaupun Dion memang pernah diposisi itu, tapi tetap saja, ada rasa iri dalam hatinya. Kenapa orang orang bisa mendapatkan cinta dan kebahagiaan dengan tulus? Sedangkan dirinya?.

Perlahan Dion mengalihkan atensinya kearah etalase mainan. Jujur, Dion saat ini rindu keluarga nya. Ia rindu bisa berbagi kehangatan setiap malam disofa ruang keluarga. Ayah, ibu, Dion dan Bhanu. Bahkan sekarang Dion rindu moment momen kecil disetiap hari dirumah lama nya.

Dion dan Bhanu memang tidak terpisah jarak yang begitu jauh, tapi tetap saja jarak membentang semakin luas antara kedua orang tuanya membuat keduanya seolah olah memiliki tembok pembatas. Mereka bertemu, mereka saling mengobati luka masing masing dan harus bisa menahan rindu kala kedua orang tua mereka secara terang terangan membuat jarak antara kakak beradik ini.

'Mulai sekarang, jangan pernah kau temui kakak mu didepan ibu, faham!'

Ancaman dari ibunya seolah membekas di ingatan Dion. Bagaimana bisa, wanita yang melahirkan juga membesarkan nya dan Bhanu malah memisahkan mereka. Memberi jarak yang tak bisa diukur oleh mata dan tidak bisa dijangkau logika.

Dion perlahan mendekati sebuah etalase berisikan mainan anak anak, pandangan nya tertuju pada sebuah robot Ironman yang terpajang.

'Bhanu pasti suka' Dion perlahan mengambil robot mainan itu "apa gw beliin aja ya" gumam Dion.

Tapi harapan itu pupus ketika melihat harga robot mainan digenggaman, harganya bukan lagi lumayan mahal tapi, sangat mahal untuk ukuran Dion. Terlebih lagi gajinya harus terbagi untuk membiayai kehidupan dan makan. Dengan berat hati Dion meletakan kembali robot Ironman ke etalase.

'Mungkin lain kali'

Tapi senyum tipis Dion kembali terukir saat ia melihat benda itu di etalase seberang. Harga yang ia lihat juga tidak begitu mahal, dengan segera iapun mengambilnya.

Pukul 21.56.

Dion selesai dengan pekerjaan nya, dengan segera iapun menutup toko dan hendak mengembalikan kunci kerumah pak Hendra.

Jarak rumah pak Hendra dan tokonya tidak begitu jauh, mungkin hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai.

Tok, tok, tok.

Dion Lakeswara (END)Where stories live. Discover now