7.luka

181 31 18
                                    

Hai, aku kembali membawa kisah nya si kakak adik.

Moga suka and happy reading 💚

°°°°

"Cinta yang datang belum tentu menjadi ujung pelabuhan yang dituju" ~ Atha

°°°°

Matahari masih belum mau menampak kan wujudnya disisi timur, tapi mata Bhanu sudah terbuka. Matanya menangkap cahaya lampu yang temaram dari luar jendela.

"Kakak?"

Bhanu menatap sekeliling guna mencari sosok kakaknya yang tidak berada ditepi ranjang, matanya masih mencari dan di sana lah Dion berada.

Tertidur di kursi belajar dengan tangan yang ia jadikan bantal dimeja, dengan perlahan Bhanu turun dan mendekati sang kakak.

'Seterkuras apa kak waktumu?' batin Bhanu saat melihat ada beberapa tumpuk buku yang mengelilingi meja Dion.

Bhanu yakin Dion pasti akan mengalami banyak kesulitan ketika mengurus dirinya nanti, membiayai sekolahnya yang tentu membutuhkan biaya besar 'aku juga harus kerja' batin Bhanu sambil kembali berjalan kearah ranjang.

Bhanu kembali mendekati Dion sambil membawa selimut yang tadi ia pakai. Dengan hati hati Bhanu menyelimuti tubuh Dion yang penuh luka itu, walaupun tidak semua tubuh Dion bisa ia selimuti, setidaknya Dion tidak kedinginan.

Bhanu memang sengaja tak membangunkan Dion karena ia yakin, jika Dion bangun maka ia akan kembali melanjutkan belajarnya.

"Maafin adek ya kak" jemari kecil Bhanu mengusap pipi biru sang kakak, matanya kembali memanas saat tau bahwa luka disudut bibir Dion masih sedikit berdarah "luka nya masih basah kak, sama kayak luka di pinggang adek"

Bhanu meraba pinggang nya yang perih dan sedikit meninggalkan bercak darah ditangan, lukanya memang hanya sedikit mengeluarkan darah tapi tetap saja, luka itu teramat sangat sakit jika setiap hari terus mendapat luka yang sama.

Suara cambukan itu masih bisa Bhanu dengar di memori nya, bahkan Bhanu masih ingat dimana saja letak luka luka itu tanpa melihat nya.

Bhanu tersenyum saat melihat ada sebuah lukisan didekat lemari baju Dion. Bhanu mengambil alat lukis yang Dion belikan "coba dulu, bagus atau nggak nya itu urusan akhir"

Jemari itu mulai menggambar diatas kanvas baru, meski belum terlalu bisa tapi tangan Bhanu cukup luwes untuk menggambar objek didepan matanya.

°°°°

Dion membuka mata saat ia mendengar suara kokokan ayam diluar. Sinar mentari mulai menampakan dirinya walaupun masih malu malu.

"Selimut?" heran Dion saat melihat selimut biru itu bertengger dipunggung nya. Pandangan nya langsung mengarah keatas kasur dan tak mendapati Bhanu diatas sana.

"Bha-" rasa Khawatir Dion seketika lenyap saat melihat sang adik tengah tertidur dilantai dengan beralaskan tikar. Didekat bocah itu ada seperangkat alat lukis dan kanvas yang telah terisi lukisan.

Dion mendekat dan mengambil kanvas itu secara hati hati, alis Dion bertaut saat melihat lukisan sang adik .

"Ini? gw?" tanya Dion entah pada siapa, kanvas itu berlukiskan sosok yang tertidur berbantalkan tangan. Wajahnya mirip seperti dirinya, bahkan hingga keluka dibibir dan memar di pipinya.

Dion Lakeswara (END)Where stories live. Discover now