14. Ayah

114 15 21
                                    

Hallo para reader yang budiman

Aku up lagi ye kan.

Walaupun ini sebenarnya nggak ada ide tapi mancing mancing aja siapa tau idenya muncul.

Happy reading.




°°°°

"Jangan coba hilangkan luka tapi, hilangkan rasa sakitnya. Lukanya boleh masih basah tapi jangan sampai masih ada denyutan nyeri didalam nya" ~ Author

°°°°





Langkah itu sedikit gontai dan tertatih, luka luka itu masih basah dan tetap sakit. Tapi rasa sakit dan lelah nya dihari ini akan terbayar ketika ia nanti melihat senyuman sang adik. Terhitung sudah dua hari Bhanu berada dirumahnya, ralat, dirumah lama ayahnya. Dion baru tau dari Reval setelah kejadian malam itu.

"Setau gw itu rumah bokap lo dulu sih, dari temboknya gw tau ada banyak kisah disana Di"

"Elo tau dari mana itu rumah lama bokap gw?"

"Gw tanya sama pak RT waktu pulang"

Sedikit gila memang tingkat ke kepoan seorang "Reval". Bisa bisanya dan sempat sempatnya ia bertanya pada RT disana yang memang kebetulan tau tentang rumah itu.

Tangan kanan Dion masih menenteng pelastik hitam lumayan besar, sedangkan tangan kirinya menenteng plastik lebih kecil. Usai bekerja Dion menyempatkan diri membeli beberapa pakaian ganti untuk Bhanu, juga membelikan makanan dan jajanan.

"Nggak mungkin sih Bhanu nolak kalo dikasih buah sama cilok" gumam Dion sambil tersenyum simpul.

Hawa dingin tiba tiba menusuk tulang Dion kala rintik hujan mulai turun bersamaan dengan gemuruh petir. Ada rasa sedikit kecewa ketika Dion menatap langit yang gelap.

"Nyesel gw nolak dianter sama kak Angga, mau ujan, mana tengah malem lagi" dengan segera Dion berjalan lebih cepat.

Dion sempat berhenti sejenak saat melewati gang yang beberapa hari lalu ia lewati, jalan pintas itu lumayan menguntungkan bagi Dion. Tak hanya mempersingkat waktu tapi Dion juga terkadang bisa bertemu dengan Atha.

"Lewat jalan pintas deh malem ini" Dion membelokan langkanya menuju lorong gang yang gelap "gak papa dah gelap diawal dong, toh ntar juga pasti terang disono"

Dengan mantap Dion melangkah memasuki gang, rintik hujan terlihat sedikit lebih deras dan angin pun semakin kuat menerbangkan dedaunan yang berserakan menutupi lorong. Langkah Dion semakin memasuki gang, tapi hingga beberapa menit ia berjalan tak ada satupun lampu jalan yang menyala.

"Tumben" lirih Dion sambil menguatkan cekelan nya pada kedua kantong plastik yang ia tenteng "biasanya banyak lampu nyala"

Langkah Dion terhenti tepat didepan tempat permohonan yang Atha bicarakan tempo hari, Dion tersenyum simpul ketika melihat stiky note yang ia tempelkan masih menempel disana "lo tau Tha, gw nggak minta permohonan yang berarti, gw cuma minta Tuhan ambil nyawa gw pas Bhanu udah bahagia"

Di kegelapan yang ditemani remang remang lampu dari pemukiman sekitar membuat Dion sedikit bernafas lega setelah kembali berjalan, tapi rasa takut tiba tiba muncul saat dari kejauhan ia melihat beberapa orang sedang berdiri disalah satu lampu jalan yang menyala.

Dion Lakeswara (END)Where stories live. Discover now