5. kita ingat bersama

179 31 13
                                    

Allo aku balik lagi.

Masih bareng sama Dion dan Bhanu.

Jangan lupa vote and komen ya makasih.


°°°°

"Dewasa secara paksaan itu tidaklah menyenangkan" ~ Dion.

°°°°


Hati Dion terasa perih saat melihat dan mendengar tamparan Wina yang begitu kuat di pipi Bhanu. Perasaan Dion terasa kacau saat rumah yang selama ini ia rindukan ternyata menyimpan luka sang adik sendirian.

Dion langsung berlari menghampiri sang adik sambil membawa kantong plastik transparan berisi kanvas dan lain nya.

"Aku nggak papa kak" kata Bhanu saat Dion membantunya berdiri.

"Iya kamu nggak papa, wanita bajingan itu yang jahat" tatapan Dion menajam saat menatap Wina, sang ibu yang sekarang hanya berdiri diam mematung didepan pintu.

Tanpa menjawab perkataan Dion sama sekali, Wina langsung menarik kembali Bhanu "jangan pernah kau sekali kali dekati dia"

"Hak anda apa?" tanya Dion sambil meremas ujung bajunya. Mulai sekarang Dion harus bisa menegaskan setiap langkah nya demi melindungi sang adik. Ia sudah bertekat untuk melindungi Bhanu sejak pertama kali adik kecilnya itu lahir kedunia.

Wina terkekeh meremehkan "harusnya saya yang bertanya, hak anda apa disini? Aku ibunya, jelas aku lebih berhak"

Tatapan Dion masih tajam menatap sang ibu, tatapan yang sama sekali tak pernah ia tunjukan pada orang yang lebih tua. Dan sang ibulah yang pertama kali menerima tatapan tajam itu "saya kakak nya dan saya merasa berhak, bahkan lebih berhak dari pada anda"

"Cih, lihatlah dirimu" Wina menatap Dion dari atas hingga bawah "merasa pantas kau?"

"Harusnya saya yang mengatakan itu nyonya Wina Agastya Maven" Dion sedikit menekan kata ketika mengucapkan nama panjang sang ibu "seharunya saya lebih berhak, penampilan tidak menjamin perilaku manusia, apa anda lupa itu? Anda yang mengajarkan nya bukan?"

Dion dengan kuat menarik tubuh Bhanu kembali ke dekapanya "akan lebih baik jika Bhanu tidak tinggal dengan manusia jalang seperti anda"

Mendengar perkataan Dion berhasil membuat Wina murka, wajahnya merah menahan emosi "APA MAKSUD MU?!"

Suara Wina meninggi membuat Bhanu yang berdiri dibelakang tubuh Dion merapatkan dirinya, Dion yang memang sudah terbiasa dengan bentakan sekeras itu dari sang ayah hanya diam menatap Wina datar.

"Apa kurang jelas? Biar saya perjelas" Dion perlahan mendekati tubuh Wina lalu menunjuk tepat dipundak sang ibu, tingginya yang memang sama seperti Wina membuatnya bisa dengan mudah menatap mata penuh kebencian itu.

"Kau, j a l a n g" dengan perlahan Dion mengeja kalimat itu "kau faham?"

"Apa ini yang diajarkan ayah mu selama ini hah?!"

Alis Dion mengerut bingung "ayah? Memang aku punya? Bukan kah aku dan Bhanu lahir karena kebohongan? Seharusnya gelar kalian juga bohongan dong"

"Anak kurang ajar"

Usai mengatakan itu Wina langsung menampar pipi Dion kuat, bahkan sudut bibir Dion sobek lumayan parah. Tak berhenti sampai disitu, Wina terus saja menampar pipi kiri dan kanan Dion.

Dion Lakeswara (END)Where stories live. Discover now