52. Pemakaman

191 10 0
                                    

Nggak usah basa basi, langsung aja.

Happy reading. Eh btw disini authornim bikin kebijakan kedokteran sendiri ya😁

Awas banyak typo dimana mana.

°°°°

"Aku tau dari dulu diriku sudah sangat kesakitan" ~Bhanu

°°°°

Tiga mobil sedan dan satu ambulance berhenti didepan sebuah pemakaman keluarga, pintu masing-masing mobil terbuka, menampilkan beberapa orang berpakaian serba hitam.

Wisnu, selaku ayah dari mendiang Dion memimpin jalan, diikuti dengan empat orang yang membawa peti dan sisanya membawa karangan bunga dibelakang.

Jemari Wisnu mengusap foto Dion di pelukan nya, memori di masa lalu terputar kembali. Matanya sudah benar benar tidak bisa membendung air mata, Wisnu ingat jelas sewaktu ia mendengar suara Dion ketika menyapa dunia untuk pertama kalinya. Wisnu tau semua masa kecil Dion, dari bayi, anak-anak hingga hampir menginjak remaja.

"Ayah Wisnu adalah ayah terbaik sedunia, setelah ayah Maja tentunya. Ya nggak dek?"

Langkah Wisnu terhenti ketika mengingat perkataan Dion dihari ayah bulan November lalu. Dengan cepat Wisnu membalik figura itu lalu memeluk nya erat.

"Anak ayah" Wisnu benar benar tidak bisa lagi menahan kesedihan, sakit saat ini benar-benar bukan main rasanya. Ia sudah berjanji pada mendiang Atmaja untuk menjaga Dion dengan baik, Wisnu benar-benar merasa gagal menjaga amanah dari panutan nya.

"Ayah"

Suara lirih memanggil perlahan, namun hal itu malah membuat tangis Wisnu semakin menjadi. Melihat sang ayah yang rapuh tentu langsung membuat jiwa kepemimpinan Elgar bangun, dengan perlahan bocah itu mengambil alih foto Dion kedalam dekapan nya.

"Biar Elgar yang bawa sampe sana" kata Elgar sambil membalikan tubuhnya lalu berjalan memasuki pemakaman.

Melihat itu, semua pun mengikuti langkah kecil Elgar kecuali Nayara yang masih diam didekat mobil, matanya menatap punggung Elgar dari belakang.

'Terimakasih sudah tumbuh menjadi anak yang tangguh bagi sekitar mu nak' perlahan Nayara mengikuti langkah iringan jenazah, matanya masih tak bisa lepas dari sosok Elgar yang sesekali mengusap air mata.

Prosesi pemakaman dilaksanakan dengan lancar, pada awalnya, hingga sebuah tragedi kembali terjadi. Bhanu, remaja itu kembali menangis histeris saat menatap nisan berhiaskan nama sang kakak.

Bahkan kata-kata Nayara tak bisa kembali menenangkan keadaannya. Wisnu akhirnya turun tangan menenangkan Bhanu yang sekarang masih memeluk nisan Dion.

"Bhanu" sepelan dan selembut mungkin Wisnu mengusap surai Bhanu "kakak udah bahagia disana, adek ikhlas ya"

Bhanu menggeleng kuat "enggak! Kalo kakak mau cari bahagia kenapa gak ajak adek yah?! Adek, adek gak akan bisa!"

"Dek, kakak nggak akan suka liat kamu kayak gini"

"Tapi apa aku juga gak suka liat kakak kayak gini ayah" sahut Bhanu sembari menatap tajam netra Wisnu "kalian selalu bilang kak Dion nggak akan bisa tenang disana, kak Dion nggak akan suka liat aku begini, tapi apa kalian pernah nanya aku gimana?!" suara lantang Bhanu membuat semua hening, dengan masih terisak Bhanu bangkit dari posisinya lalu menatap satu persatu pelayat.

Dion Lakeswara (END)Where stories live. Discover now