23. Bandara

67 9 2
                                    

Allo aku balik lagi.

Langsung aja ya.

Happy reading all.

Awas banyak typo.

°°°°

"Mau bagaimanapun aku berusaha jika bukan aku yang kamu mau tetap saja hasilnya sama" Alika.

°°°°

Mata gadis itu menatap punggung remaja yang sudah beberapa minggu ini menjadi kekasih nya, sedikit seringaian muncul bersamaan dengan tangan nya yang menghempas sisa air mata.

"Kak Alika ngapain kesini" suara itu berhasil membuat Alika terkejut bukan main. Alika menoleh dan mendapati Bhanu yang sedang menatap nya, ditangan kanan bocah itu terdapat sebuah kanvas.

"Pengen ketemu kakak kamu" Alika mendekati Bhanu lalu berjongkok dihadapan nya guna menyamakan tinggi mereka "kamu mau kemana?"

Bhanu sedikit tersenyum sambil melirik kanvas ditangan nya "mau kerumah kakak"

Alika mengerut kan kening nya "mau ngapain?"

Bhanu tersenyum saat memperlihatkan hasil karya nya di atas kanvas.

Senyum Alika seketika luntur saat mendapati lukisan indah Bhanu, kanvas putih itu kini terlihat indah dengan lukisan seorang gadis yang sedang menatap kearah laut, mengenakan dress putih dan rambut yang tergerai.

Alika kembali menampakkan senyum manis nya "emang mau kamu kasih ke siapa?" pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja dari mulut Alika dan tentu langsung membuat nya mengumpat dalam diam, pasalnya ia tau bahwa sosok gadis didalam lukisan adalah sang kakak. Atha.

"Buat kak Atha" jawaban itu tentu sudah dapat diprediksi Alika.

"Mau dititipin ke kakak aja?" tawar Alika.

Bhanu menggeleng tanda menolak "Bhanu mau ngasih ini langsung ke kak Atha, soalnya kak Atha kan mau pergi sehabis ujian"

"Tapi kak Atha kan masih sekolah"

"Gak papa, Bhanukan mau jalan kaki kesananya jadi waktu sampe nggak lama kak Atha pulang"

"Yakin kak Atha bakalan langsung pulang?"

Bhanu terdiam sesaat sebelum mengangguk yakin.

"Yaudah bareng kakak aja yuk"

"Yok" dengan senyum nya Bhanu menerima tawaran Alika.

Kedua nya berjalan menyusuri trotoar yang sedikit lenggang. Rumah keluarga Coates dan Atmaja memang bisa dibilang lumayan jauh, bahkan dengan berjalan kaki bisa memakan waktu cukup lama. Tapi entah mengapa Bhanu sangat ingin mengantarkan lukisan itu dengan berjalan kaki.

"Kak" panggil Bhanu saat mereka berhenti didekat lampu merah, menunggu lampu hijau bergilir.

Alika menatap Bhanu yang masih fokus dengan lukisan nya "kenapa?"

Tiba tiba Bhanu mendongok menatap Alika "kak Alika sama kak Atha deket banget nggak?"

Pertanyaan sederhana tapi sedikit menyinggung hubungan nya dengan sang kakak yang tidak pernah ada kata akur, bahkan tidak ada kata kasih sayang didalam nya. Setidaknya itu untuk sekarang.

Dion Lakeswara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang