44. Duomo

44 6 0
                                    

Allo balik lagi with me.

Kemaren aku sempet bilang kan ya kalo partnya bakalan selesai di part 47 an lagi lagi sekarang ku ralat. Part-nya infinity ye.

Jadi suka suka authornim, tapi nggak sampe ratusan, tujuh puluh aja kayaknya nggak nyampe.

Oke lah langsung aja, happy reading.

Awas banyak typo dimana mana.

°°°°

"Merindukan seseorang yang sudah tiada adalah luka yang berbeda" Dirga Gianfranco.

°°°°














Ketenangan menyapa ketika Dion memasuki kawasan dalam gereja Duomo. Bangunan bersejarah yang dibangun tahun 1386 dan selesai pada tahun 1965 ini adalah gereja terbesar ketiga didunia. Jadi wajar jika Dion sangat ingin singgah di sana.

Mata Dion tak henti hentinya memandangi arsitektur didalam gereja, hatinya sangat tersentuh bahkan jika bisa Dion ingin menangis sekarang.

'Indah sekali' batin Dion sembari memilih tempat duduk sedikit didepan meninggalkan Aksa yang lebih memilih duduk dibangku dua terakhir.

Didalam gereja itu hanya ada beberapa pengunjung, Aksa memang mengajak Dion pergi secara diam diam, alasannya tentu untuk menjaga privasi.

Tangan Dion mulai saling menggenggam, perlahan mata nya tertutup. Siku remaja itu bertumpu pada meja, kepalanya sedikit menunduk dan dahi nya sudah menempel dengan genggam tangan yang mengerat.

'Tuhan tolong jaga kebahagiaan anak itu, dia hanya butuh bahagia tanpa bayang bayang masalalu' tautan tangan Aksa terbuka dan nafasnya berhembus pelan.

Mata Aksa terbuka dan bersitatap dengan punggung Dion yang sedang khusyuk berdoa, anak itu tak pernah lepas dari pengawasan nya.

Dion mungkin menganggapnya sebagai manager dan menghormati nya karena ia adalah atasan juga pemilik studio besar, tapi berbeda dengan Aksa. Lelaki itu sudah menganggap Dion tanggung jawab dan adik, tapi sifat lelaki itu yang kaku membuat anggapan nya tak terlihat.

"Andai ini bukan tour konser mungkin aku bisa membawa Bhanu dan Elgar" senyum Aksa terpatri dikata menyadari Dion mengusap sesekali lelehan air mata yang melintas.

Drrrttt, , drrtttt.

Getaran ponsel disaku kemeja membuat Aksa dengan segera berjalan keluar dari gereja, ia takut akan mengganggu jemaat lain.

Dengan segera Aksa mengangkat telefon dari bodyguardnya, dua anak adam itu memang datang tanpa memberi tahu ataupun membawa bodyguard.

.

"Aku sedikit lelah dengan semuanya Tuhan" gumam Dion "Aku tau ini konsekuensi nya tapi, aku ingin istirahat sejenak dan menghabiskan semua waktuku bersama keluarga tanpa ada gangguan"

Tetesan air mata turun begitu saja ketika sekelebat bayangan dari ayah dan ibunya datang, rindunya memang tak akan pernah bisa diobati oleh apapun.

Tapi setidaknya sekarang ia sudah bisa ikhlas dan menerima kepergian mereka, sekarang hidup Dion akan dedikasikan untuk keluarga Wisnu, terutama Bhanu, adik kandung nya, satu satunya alasan Dion tetap bertahan.

Gejolak demi gejolak dalam hidup Dion beberapa tahun lalu perlahan sudah bisa diterima ketika ia menyadari bahwa Bhanu tumbuh tanpa hambatan, bahkan ia tampak jauh lebih baik dari nya, padahal harusnya ia paling depresi waktu itu.

Dion Lakeswara (END)Where stories live. Discover now