33. Peran pengganti

64 7 2
                                    

Allo authornim balik lagi.

Langsung aja lah ya happy reading.

Awas banyak typo.

°°°°

"Aku tetap merindukanmu walaupun banyak luka yang kau torehkan di hidup ku ibu" Bhanu.

°°°°

Hembusan angin malam begitu dingin menemani air hujan yang menetes, suasana malam tampak begitu sunyi ketika para penghuni nya mulai memasuki alam mimpi.

Suasana dingin, sunyi dan tenang, seolah semesta menyuruh penghuni bumi untuk segera tertidur. Tapi suasana seperti ini malah membuat seorang Bhanu Lakeswara Madaharsa harus terkena insomnia.

Entah mengapa setelah kejadian beberapa tahun silam hujan adalah hal yang paling ia tunggu, Bhanu merasa rindunya terhadap Atmaja dan Wina bisa terobati. Hujan seolah olah mempertemukan kembali dirinya dengan mendiang sang ibu, juga membawa suasana solah olah ayah nya masih ada.

"Bhanu kangen" gumam Bhanu sambil terus menatap tetesan air hujan dari balkon kamar nya.

Tangan dingin itu terulur menangkap tetes demi tetes air, mata nya terpejam solah merasakan pelukan dari angin yang menerbangkan setiap helai rambut nya.

Bhanu membuka matanya perlahan "setiap hujan dateng Bhanu pasti bangun" kata Bhanu lirih seolah berbicara dengan hujan dan angin.

Bhanu terkekeh mengingat kebiasaan barunya ini, hujan memang bukan saat saat yang paling Bhanu tunggu, tapi hujan selalu membuat Bhanu mampu mengalihkan semua atesni. Bahkan saat tertidur pulas pun Bhanu pasti akan terbangun jika sang hujan datang. Namun setelah hujan itu menghilang maka rasa kantuk dalam dirinya juga akan menghilang.

Insomnia? Tentu. Bhanu terkena insomnia setiap hujan datang, Bhanu sadar akan hal itu. Bahkan remaja ini pernah terjaga dari jam satu dini hari hingga pagi menjelang karena insomnia dan hujan yang tak kunjung reda.

"Maaf" pandangan Bhanu beralih menatap lantai yang juga basah karena hujan "Bhanu gak pernah nengokin ayah sama ibu"

Tangan Bhanu yang awalnya menggapai setiap tetes air kini beralih menggenggam sepucuk surat dari mendiang orang tuanya. Sepucuk surat dalam kado terakhir yang Bhanu dapat dihari ulang tahun nya.

"Udah tiga tahun" suara Bhanu sedikit bergetar ketika rasa sesak dan sakit dihatinya menjalar ke seluruh tubuh "tapi Bhanu gak pernah sekalipun dateng, padahal Bhanu kangen"

Bhanu mendongok berusaha menghalau air mata yang hampir lolos "Bhanu pengen peluk kalian"

"Bhanu kangen yah, Bhanu kangen sama ayah" tetesan air mata akhirnya lolos menemani hujan yang semakin deras "Bhanu pengen habisin waktu sama ayah lagi"

Tangan Bhanu membuka lipatan kertas berwarna biru navy.

'Anak ibu udah besar ya, udah sebelas tahun ❤
Sekarang udah bisa apa apa sendiri padahal dulu apa apa harus ibu nya.
Ibu sedih nak waktu sadar kalo kamu udah sebesar ini, tandanya bentar lagi kamu udah nggak butuh bantuan ibu☹️
tapi nggak apa, ibu bangga liat kamu tumbuh dengan sehat dan pintar'

Ibu Wina tercinta♥

Tubuh Bhanu luruh usai membaca surat dari sang Ibu, tiga bulan, hanya tiga bulan setelah kartu ucapan itu ia dapat keluarganya hancur. Isakan Bhanu terdengar pilu teredam derasnya hujan.

Dion Lakeswara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang