6.Rumah 3×7

172 32 11
                                    

Hallo 🙌🏻.

Langsung aja lah ya happy reading.

Janlup vote sama komen nya 👍🏻.

°°°°

"Aku merasa, cinta dan kasih sayang hanyalah kebohongan" ~ Bhanu dan Dion.

°°°°

Suara pintu tua terbuka menyapa telinga Bhanu, mata kecilnya menatap sekeliling rumah sempit itu. Walaupun terlihat bersih dan rapih tapi tetap saja, rumah itu baginya terlau kecil dan mungkin tidak akan cukup untuk menampung satu manusia lagi didalam nya.

"Bhanu nggak papa disini?" tanya Dion sambil membantu Bhanu berjalan, pergelangan kaki Bhanu yang bengkak membuatnya sedikit kesulitan.

"Harus nya Bhanu yang tanya, Bhanu bener bener nyusahin kakak sekarang"

Dion mendudukan Bhanu diatas tikar yang berada diruangan yang sedikit lenggang "kita udah bahas ini Nu, kakak lebih baik nampung kamu dari pada kamu tinggal sama jalang itu"

"Dia ibu kita kak" peringat Bhanu. Bagi Bhanu mau sejahat apapun wanita itu, tetap saja dia adalah ibunya.

"Kakak tau"

Dion berjalan ke sudut ruangan yang Bhanu yakini adalah dapur, mata Bhanu kembali melihat sekeliling rumah itu. Tidak ada foto, tv, sofa dan kulkas. Rumah berukuran 3×7 itu pun terlihat hanya memiliki satu kamar tidur. Rasanya tidak adil bagi Bhanu, dirinya tinggal dirumah mewah dengan fasilitas lengkap sedangkan sang kakak harus tinggal dirumah kecil ini.

Bhanu menghapus air matanya kasar saat melihat sang kakak kembali sambil membawa semangkok bubur yang tadi mereka beli.

"Makan dulu ya"

Dion menyuapi Bhanu dengan telaten, hanya semangkok bubur tapi entah kenapa semua rasa didalam nya terasa lengkap bagi Bhanu.

"Kakak nggak makan?" tanya Bhanu saat Dion hanya menyuapi dirinya.

Dion menggeleng "kakak udah makan tadi" jawabnya sambil kembali menyuapkan sesendok terakhir "makasih bekal nya"

"Kakak tau? Apa om Hendra ngasih tau?"

"Lupa apa kamu kalo kakak yang beliin kotak bekal nya"

"Adek"

Suara riang itu terdengar menggema, bocah berseragam merah putih berlari menyusuri hampir seisi rumah.

"Ibu, adek mana?" tanya nya saat melihat sang ibu berjalan dari arah pekarangan "dimana ibu?" tanya nya lagi dengan tidak sabar.

Wanita itu terkekeh gemas melihat tingkah anak sulung nya "adek dibelakang tuh, kenapa? Biasanya mandi dulu baru ketemu adek"

Bocah itu tersenyum sambil membuka tas hitam nya "aku beli kotak bekal buat adek".

"Kakak beliin adek kotak bekal?" suara itu terdengar sama girang nya.

Langkah kecil itu perlahan mendekati kakak dan ibunya. Dengan masih menampilkan senyum manis yang tak pernah lepas, bocah dengan seragam TK itu semakin melangkah mendekat.

Mata bocah itu berbinar saat menatap kotak bekal baru yang masih terbungkus rapi didalam kotak transparan.

"Adek kan udah masuk TK hari ini dan adek udah berani berangkat sendiri, jadi kakak beliin ini sebagai hadiah"

Dengan lucunya bocah berseragam TK itu melompat kegirangan, hal sederhana yang didapat sebagai apresiasi memang sangatlah berpengaruh.

Hanya kotak bekal dan itu sudah cukup, walaupun ia bisa mendapatkan lebih "makasih kak Dion"

Dion Lakeswara (END)Where stories live. Discover now