39. Trauma

83 8 0
                                    

Allo welcome back to me.

Happy reading.

Awas banyak typo.


°°°°

"Maafkan aku yang hanya singgah tanpa menetap" Dion Lakeswara.

°°°°







"Maksud lo tadi apaan sih Di?" tanya Reval sembari memainkan sedotan plastik didalam minuman dingin nya.

Mereka berdua kali ini sedang berada di taman rumah sakit setelah jadwal besuk Reno berakhir, jadwal besuk nya hanya sekitar satu jam an. Terlalu singkat memang, tapi itu sudah ketetapan rumah sakit untuk penderita kanker dalam tahapan koma.

"Gw gak bodoh tentang siapa aja yang suka sama Atha Val, kita bertiga mencintai wanita yang sama hanya saja caranya berbeda" Dion menerawang jauh keatas langit seolah bisa melihat garis wajah Atha diatas sana.

"Elo suka tapi elo diem, gw suka gw bisa dapetin tapi gw gak tau diri dan Reno, dia terlalu dewasa nyikapin perasaannya"

"Tapi kita sama sama gak bisa bahagiain dia kan" Reval menatap tajam kedepan, ia benci jika harus bicara tentang perasaan. Sulit mengungkap kan perasaan adalah kelemahan Reval yang paling menonjol.

"Gw juga gak yakin kalo perasaan itu masih ada, tapi kenapa elo milih buat gak nikah Di? Dan kenapa harus gw? Gw gak tau cara bahagiain Atha" pernyataan Reval barusan seolah mengungkapkan sedikit banyak keresahan dihatinya.

Perasaan Reval memang nyata untuk Atha tapi itu dulu, jauh sebelum Reno mengatakan bahwa ia juga mencintai Atha. Dan sekarang perasaan itu entah hilang kemana, dicari pun dirasa sudah tak akan pernah bisa kembali, karena Reval sudah terbiasa melihat Atha sebagai sahabat, tidak lebih.

"Alasan gw gak nikah karena gw mau nebus kesalahan, elo pasti taukan tentang banyak nya kasus bunuh diri karena gw" tangan Dion mengetuk meja beberapa kali sebelum melanjutkan kata "elo gak harus jadi sama Atha, gw cuma pengen elo nyaksiin kebahagiaan Atha buat gw sebagai bukti nyata"

Perkataan Dion barusan entah mengapa menjadi kata yang menimbulkan gejolak besar dalam dadanya, bahkan desiran darah pun terasa hangat. Perasaan itu muncul kembali, perasaan yang hilang telah kembali.

"Gw mohon jika suatu saat elo ketemu Atha sampein perasaan gw ke dia ya" pinta Dion "gw titip semua kenangan disini ke elo, Dion Lakeswara Madaharsa akan dikenang disini selamanya"

"Tapi kenapa elo gak bisa balik kesini selamanya? Tetep tinggal disini Di, gw mohon"

Dion menggeleng samar merasakan sakit atas permintaan sahabat nya satu ini, sangat jarang sekali Reval memohon "gw pengen yang hidup disini cuma kenangan gw Val"

Perkataan terakhir? Entahlah, Reval hanya bisa merasakan hal itu, perkataan yang tidak akan pernah bisa dikatakan dan suara yang suatu saat tak akan pernah bisa di dengar.

"Elo gak akan mati kan?"

"Heh gimana?" suara Dion tampak terkejut dengan pertanyaan konyol Reval "elo pengen gw mati?"

Reval menggeleng kuat saat menyadari mulutnya yang kadang suka membicarakan isi fikiranya secara spontan "enggak, lupain"

'Kenapa elo ngomong gitu sih' sesal nya dalam batin.

~~~~

Pukul 23.00.

Terlambat? Iya Reval dan Dion sangat sangat terlambat untuk pulang, pembicaraan keduanya yang seolah tak ada batas di rumah sakit membuat mereka lupa bahwa Wisnu sedang menunggu mereka dirumah.

Dion Lakeswara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang