Kuda Sakti

5.7K 484 1
                                    

Pagi ini langit menampilkan cahaya yang indah. Kesan sejuk juga asri masih kental terasa. Kalau di hitung-hitung sudah empat hari Amaryllis--- oke sekarang kita menyebutnya Gladiola berada di dunia ini.

Dia sedih, sempat juga menangis seharian saking frustasinya. Siapa juga yang tidak depresi ketika tiba-tiba dia terlempar ke dunia lain? Another universe? Terdengar bullshit bagi Gladiola sebelum dia benar-benar terlempar ke dunia ini.

Bagaimana dengan keadaannya di dunia sana? Apa tubuhnya baik-baik saja? Ah sebenernya tubuh yang Gladiola tempati saat ini sangat mirip dengan tubuhnya yang dulu. Dia sempat berkaca melalui pantulan air di sungai dekat rumahnya saat ini. Bagian yang berbeda hanya pada rambutnya yang saat ini berwarna perak, kulitnya yang lebih putih dari sebelumnya, wajahnya yang lebih bersih dengan bola mata yang tetap sama yaitu berwarna coklat.

"Padahal kan kalo bisa ya mata gue warnanya abu-abu juga, gue kepingin banget punya warna mata abu-abu." ujarnya pelan.

Gladiola menghela nafas pelan, tangannya meraih sebuah ember? Entahlah bagaimana penyebutannya, dia meraih benda bulat yang berbentuk tabung tanpa tutup tersebut yang terbuat dari kayu untuk memanen beberapa sayuran tertanam di sekeliling rumah ini.

Sampai saat ini Gladiola masih tidak tau tentang indentitas nya di dunia ini, dia hanya tau namanya saat ini adalah Gladiola Senna tanpa tau yang lainnya. Dia juga tinggal di rumah yang letaknya di tengah hutan tanpa ada tetangga hingga menyulitkan dirinya mencari informasi seorang Gladiola.

"Apa gue hadir di dunia ini tanpa nama? Tanpa peran? Terus buat apa gue kesini?!" Tangannya dengan kasar mencabut wortel di tanah yang entah kenapa sangat sulit ditarik.

"Emang sih gue sempet berpikir kaya enak kali ya tinggal di tengah hutan, yang nyaman dan asri ga kaya di kota yang penuh polusi tapi ga berpikir bakalan terkabul bahkan gue sampe pindah universe!" Setelah memanen beberapa sayur tersebut Gladiola berjalan menuju sungai untuk mencucinya.

"Bayangan gue tinggal di tengah hutan pun rumahnya mewah, akses keluar masuknya gampang, dan yang pasti terjamin tentang segalanya. Lah ini, rumahnya aja kek rumah peninggalan manusia purba! untung gue gini-gini bisa masak jadi masih mampu bertahan hidup, dan juga alat masaknya ga jauh beda dari dunia sebelumnya, bedanya disini gak ada kompor aja." Gladiola terus saja mengoceh sendiri untuk mengisi kesenyapan Hutan tersebut.

"Mana pakaian yang gue punya semuanya berbentuk gaun ala abad pertengahan alias rok, susah banget dipake jalan di hutan kek gini, untung roknya gak ngembang, kalo ngembang gue pasti mirip Cinderella kecebur got karena setiap hari baju gue pasti ke-kotor-an tanah."

Sesampainya di sungai Gladiola langsung membersihkan sayuran dengan sesekali mengumumkan lagu-lagu kesukaannya dulu. Sayuran yang dia ambil adalah wortel, jagung, beberapa sayuran berwarna hijau yang dia tidak tau namanya sebab ini pertama kalinya dia melihat sayuran tersebut.

Sebenarnya dia takut sayuran itu beracun, tapi kalo dipikir-pikir lagi mana ada orang yang mau menanam sayuran beracun di area lahan rumahnya? Jadi dia berfikir positif dan menganggap sayuran itu aman.

"Pulangnya muter-muter dulu deh, bosen banget dari kemarin di dalam rumah terus."

Setelah membersihkan sayuran dan meletakannya ke tempat yang dia bawa Gladiola mulai mengekspor hutan yang kini menjadi tempat tinggalnya.

"Ini gak ada hewan buas kan? Semacem macan atau beruang gitu?"

Suasana hutan selalu hening dah sepi. Gladiola sebenarnya agak terganggu dengan keheningan itu, sebab keheningan tersebut membuat kesan hutan ini menjadi seram.

Tidak ada yang istimewa di hutan ini, semua areanya di kelilingi tumbuhan dan pepohonan. Ada banyak pepohonan yang berbuah, mungkin karena saat ini musim panas? Sebenarnya dia tidak tau saat ini sedang musim apa, asal tebak saja.

PetrichorWhere stories live. Discover now