Wedang Jahe

4.3K 435 1
                                    

"apakah hari ini kita akan kembali memakan sayuran?" Pagi itu diawali dengan pertanyaan random dari Brian. Saat ini mereka sedang memanen beberapa sayuran di tepi halaman.

"Menurutmu apa yang bisa kita makan selain sayuran? Apa aku terlihat punya ternak yang bisa kita potong dan konsumsi?" Sahutan Gladiola sangat panjang dan penuh kesarkasan membuat Brian jengah.

"Kau selalu berlebihan menanggapi ucapanku."

"Kau terlalu banyak protes." Jawab Gladiola singkat kemudian tangannya kembali memetik tomat yang siap panen.

Seminggu sudah keduanya tinggal bersama. Tidak banyak yang berubah tapi yang jelas Brian juga Gladiola sering sekali terlibat perdebatan bahkan untuk hal sepele.

"Siapa juga yang tidak bosan terus menerus memakan sayur selama seminggu penuh?" Posisi Brian dan Gladiola agak jauh jadi Brian rasa Gladiola tidak akan mendengarnya sampai---

"Aku dengar ya!" Gladiola menatap Brian. "Kalau kau ingin makan daging ayam, rusa, ikan atau sejenisnya lebih baik berburu sana."

Brian berbinar mendengar saran Gladiola. "Benar juga, kemana pedangku?"

Punggung Gladiola menegak. "Tidak tahu."

"Ayolah." Tangan Brian perlipat di atas dada, kini atensinya penuh pada Gladiola mengabaikan sayuran yang tadi sedang dia petik. "Kau yang menyembunyikan pedangku"

"Carilah sendiri." Sahut Gladiola.

Brian berjalan ke arah Gladiola, dia menarik bahu Gladiola dengan lembut hingga kini keduanya berhadapan. "Ayo, aku pastikan kita makan enak. Kembalikan dulu pedangku"

"Bukannya kau seorang Duke? Kau pasti bisa berburu tanpa harus menggunakan pedang"

Gladiola menahan nafas saat Brian memajukan wajahnya, dilihat dari sedekat ini Brian sangat tampan. Bagaimana tegasnya rahang milik laki-laki itu, kemudian bibirnya yang seksi, hidungnya yang mancung, bola matanya yang berwarna amber juga rambutnya yang berwarna coklat kemerahan. Satu kata yang mendefinisikan semuanya, sempurna.

"Kenapa kau terobsesi dengan pedangku?" Ujar Brian dengan suara yang rendah tepat di kuping Gladiola.

Jika dilihat dari sudut pandang Brian, Gladiola hanya diem saat mendengar bisikan nya. Tapi jika dilihat dari versi Gladiola, dia sedang menahan hasrat ingin berteriak juga tersipu bahkan batinnya sudah meronta-ronta ingin segera menjauhkan wajah tampan di depannya itu.

"S-siapa yang terobsesi? Liat saja dibawah ranjang! Kau akan menemukan pedangmu."

Brian tersenyum puas mendengarnya. Dia langsung berjalan masuk menuju ranjang kamar dan berjongkok, disana dia menemukan pedangnya yang di sembunyikan di sela-sela penahan ranjang.

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan Brian menghampiri Gladiola. "Ayo." Ajaknya seraya menautkan tangan keduanya.

"Ayo kemana?"

"Tentu saja berburu." Ucap Brian kelewat santai.

Gladiola melotot. "Apa-apaan! berburu saja sana sendiri, jangan kau ajak aku bersamamu"

"Tidak ada bantahan."

Dengan tangan yang bertaut mau tidak mau Gladiola mengikuti langkah Brian menuju ke dalam hutan.

Hening masih menyelimuti keduanya, tidak ada obrolan sama sekali. Keduanya masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Brian yang sibuk menoleh kanan dan kiri juga pandangannya yang berserat dengan tajam mencari hewan untuk diburu sedangkan Gladiola sedang memikirkan apakah mereka akan ingat jalan pulang?.

"Kau ingat jalan pulangnya kan?" Tanya Gladiola. "Jangan salah, aku hanya memastikan. Sebab aku buta arah dan buta jalan, aku tidak ingat jalan untuk kembali kerumah."

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang