Megi & Brian

2.9K 266 5
                                    

*warning, part panjang*




Brian kini berdiri tepat di depan pintu utama kediaman. Di depannya ada karpet merah tergelar rapih dengan pelayan yang berdiri di sisi kanan dan kiri karpet. Mereka berdiri tegap dengan pandangan yang menunduk. Di dekat pintu Brian bisa melihat wanita yang sudah lama tidak dia jumpai.

Nyonya Megi. Pelayan setia yang menjadi pengasuhnya dulu dan kini sudah menjadi kepala pelayan kastil Gilbert atas permintaan Brian.

Senyum wanita itu merekah saat pandangan mereka bertemu. Nyonya Megi tidak bisa menutupi raut terharunya saat melihat Brian berdiri dengan tegap. Seperti yang Jack dan Wilcar katakan laki-laki itu sehat tanpa luka apapun.

Brian mengendong Gladiola ala bridal. Dia berjalan dengan pelan untuk memastikan Gladiola tetap merasa nyaman di gendongannya. Ketukan sepatu Brian mengiringi langkah laki-laki itu. Pesona tokoh novel memang tidak diragukan. Meskipun Brian sangat akrab dengan panggilan tiran, si dingin, si ketus dan lainnya tapi para pelayan gadis tidak pernah berhenti mengaguminya. Contohnya pada saat ini banyak para pelayan gadis yang diam-diam mencuri pandang agar bisa melihat wajah tampan laki-laki bernama Brian Gilberta Majeed itu.

Kini Brian menghentikan langkah kakinya tepat di depan Nyonya Megi. "Bibi--"

"Sttt." Nyonya Megi mendesis pelan. "Kau punya banyak waktu untuk berbincang denganku pangeran. Tapi gadis itu butuh kasur yang empuk sekarang juga."

Ketika di depan orang lain mungkin Nyonya Megi akan memanggil Brian dengan Duke tanpa embel-embel Yang Mulai sesuai permintaan Brian. Tapi jika berbicara langsung dengan Brian maka Nyonya Megi akan memanggil Brian dengan panggilan masa kecilnya yaitu Pangeran.

Brian mengangguk. Tanpa mengatakan apapun dia melanjutkan jalannya.

Sedangkan diam-diam Nyonya Megi menatap punggung Brian dari belakang dengan bangga seraya bergumam di dalam hati. Pangeran kami sudah besar. Permaisuri, Pangeran Brian sudah dewasa, punggungnya sudah tegak, dia tidak lagi butuh sandaran. Kini anak manja yang selalu membuat Permaisuri kerepotan mungkin akan menjadi sandaran dan tempat pulang seseorang.

Sedangkan Brian kini kesulitan membuka pintu kamarnya sebab Gladiola terus saja bergerak gelisah dalam gendongannya. Dengan gerakan pelan Brian mencoba menggerakkan tangan mencari handle pintu.

"Kalau tidak bisa dibuka juga akan ku dobrak pintu ini."

Dan ajaibnya setelah Brian ancam pintu itu langsung dengan mudah terbuka.

"Harus di ancam dulu ternyata."

Brian memasuki kamar yang terlihat rapih, Brian tebak kamar ini baru saja di bersihkan beberapa jam yang lalu. Dia dengan perlahan meletakan tubuh Gladiola ke atas kasur. Gadis itu kembali tertidur pulas setelah punggungnya menyentuh kasur.

Ketukan pintu terdengar di susul suara Nyonya Megi yang meminta izin masuk.

"Masuk." Ujar Brian.

Tidak lama kemudian Nyonya Megi memasuki kamar Brian. Hal pertama yang Nyonya Megi lakukan adalah memeluk Brian erat.

"Bibi merindukanku?" Brian terkekeh pelan.

Nyonya Megi menangis. "Pangeran sedang bercanda, tandanya Pangeran memang benar-benar sehat." Nyonya Megi melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya menggunakan sapu tangan yang Brian sodorkan.

"Aku baik, seseorang menjagaku." Brian mengatakannya dengan nada datar. Tapi jika di teliti lagi Nyonya Megi pengasuh Brian sejak kecil mampu menemukan nada geli dan bangga bersatu.

"Aku memiliki banyak pertanyaan. Mau kah kau meluangkan waktu untuk minum bersamaku?" Ajak Nyonya Megi.

"Pernyataanmu hanya satu, siapa gadis yang ku bawa bukankah begitu? Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu."

PetrichorWhere stories live. Discover now