we can?

772 109 35
                                    

Brian mengendong Gladiola ala bridal style. Setelah membuat Gladiola pingsan menggunakan sihirnya, Brian kini bisa lebih berani mengendong tubuh itu meskipun semua gerakan teramat hati-hati.

"Apa tidak ada cara lain?" Tanya Brian pada Vernon yang membuntutinya di belakang.

"Tidak ada, menggunakan portal sihir memang memberi kita keuntungan sampai lebih cepat. Tapi untuk tubuh tanpa sihir seperti Gladiola, dia akan merasa kesakitan akibat bentrokan energi. Apalagi tubuh Gladiola tidak prima."

Brian menghela nafas frustasi. Dia harus membawa Gladiola menggunakan kereta kuda ke istana atau kediaman Gilbert secara manual. Yang mana itu membutuhkan waktu sangat lama. Cara menggunakan portal sihir pun tidak di rekomendasikan Vernon karena kondisi gadis itu.

"Bagaimana dengan para pelaku? Kau sudah mengamankannya?"

Vernon mengangguk meskipun sadar betul Brian tidak akan melihat gerakannya. "Aku sudah mengirim pasukan, Jack dan para pelaku menggunakan sihir ke istana. Sebelum membuka portal aku sempat menyampaikan pesan pada Kaisar jika akan mengirim pasukan tepat di area sayap kiri."

"Jadi Jack bisa menjamin mereka tidak akan kabur?" Tanya Brian memastikan.

"Ya, Kaisar Vijendra juga menyiapkan banyak kesatria untuk menyambut para pelaku. Meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan terjadi."

"Baiklah."

Brian masuk ke dalam kereta kuda. Sejenak dia merebahkan tubuh Gladiola di bangku panjang kereta. Setelah memastikan tidak membuat gerakan yang menyakiti gadisnya. Brian mengangkat punggung gadis itu untuk tidur dengan posisi pahanya menjadi bantalan.

Vernon ikut naik, duduk tepat di hadapan Brian.

Kereta mulai berjalan dengan kecepatan standar. Vernon diam-diam mengalirkan sihir untuk membuat keadaan kereta kuda tetap stabil meskipun kereta mereka akan melewati jalan bebatuan ataupun jalan penuh lubang.

Energi itu terasa oleh Brian, namun laki-laki itu memilih diam dan tidak perduli.

Keadaan mereka masih terlihat canggung. Brian terlihat diam dan berbicara seperlunya saja, Vernon cukup memaklumi karena dia yakin laki-laki itu masih sedikit kesal padanya.

Apalagi saat tahu kondisi Gladiola jauh dari kata baik.

"Berhenti di desa terdekat dan cari tabib terbaik untuk mengobati Ola." Ujar Brian ditengah keheningan.

"Wilayah ini tidak jauh dari wilayah Paramastri. Apa kau ingin mampir kesana saja? Aku bisa menyediakan tabib terbaik." Saran Vernon.

Brian terdiam. Terlihat menimang tawaran tersebut. Namun tidak lama dia mengangguk setuju, pikirnya Gladiola ada prioritas utama. Gadis itu harus mendapatkan perawatan secepatnya, Brian yakin gadis itu memiliki banyak cedera dan luka ringan apalagi di bagian wajah. Hidung Gladiola yang bengkak, pipi yang lebam, sudut bibir yang terluka serta meninggalkan bekas darah.

Lagi-lagi melihat kondisi Gladiola yang buruk dan dia tidak bisa menyembuhkannya membuat Brian meradang. Dia tidak memiliki sihir penyembuh, itu bukan kuasanya dan Brian kini menyesal kenapa saat dulu di paksa menyelami ilmu kesehatan dia menolak.

Perjalanan sudah memasuki jam ketiga. Masih setengah dari total rute perjalanan mereka kali ini. Perkiraan kusir mereka akan sampai sebelum matahari terbit.

Vernon tampak sudah tertidur dengan posisi tubuh setengah merebah. Brian juga memejamkan mata dengan posisi duduk mereka tampak kelelahan. Hanya saja hal itu tampaknya tidak mempengaruhi dua kesatria dari kelompok inti yang sengaja Brian bawa untuk menemani perjalanannya.

Petrichorحيث تعيش القصص. اكتشف الآن