Pagi

1.8K 222 28
                                    

Gladiola menatap adiknya datar. Sedangkan Ragana yang di tatap dengan tatapan seperti itu mengalihkan pandangan karena merasa takut. Gladiola jika sedang menjadi mode kakak lumayan menakutkan pikirnya.

"Aku tidak tahu kau bisa melakukan hal seperti ini." Desis Gladiola pelan.

"Sumpah demi tuhan kak, aku sudah melakukan perintah Tuan Duke dengan baik. Tapi mereka yang salah!" Tunjuk Ragana pada para pengawal. "Dia yang mengizinkan wanita itu masuk."

Para pengawal hanya menunduk takut dan merasa bersalah karena memang ini kelalaian mereka dalam bertugas.

"Akh kalian semua ini! Terserah lah!" Ujar Gladiola seraya pergi meninggalkan area pintu utama.

Bagaimana Gladiola tidak emosi, pagi buta yang cerah ini. Gladiola harus mengawali harinya dengan perasaan yang memburuk karena kedatangan tamu tak di undang berwujud manusia tapi seperti ular!

"Bisa-bisanya si Cassia-Cassia ini datang ke rumah orang tanpa di undang?! Dia kira kediaman Gilbert ini rumah nenek moyangnya yang bisa dia datangi sesuka hati?" Di sepanjang jalan Gladiola terus mengoceh panjang lebar.

"Kak jangan marah padaku marah saja pada Tuan Duke---"

"Diam, kau dan dia sama saja!"

Ragana memasang wajah cemberut. Sejak kejadian sore itu di area ballroom Gladiola memberikan petuah pada Ragana untuk menolak dan melarang Cassia masuk ke kediaman Gilbert yang di setujui oleh Brian.

Tapi lihatlah pagi ini Cassia malah sudah duduk manis di meja makan dengan Brian?! Bahkan dirinya baru saja selesai mandi! Tapi Brian sudah duduk dengan wanita lain.

"Lebih baik kita sarapan saja kak!" Saran Ragana.

"Dan duduk di satu meja dengan manusia itu? Yang benar saja!" Gladiola memasang wajah kesal.

"Itu lebih baik daripada membiarkan dia berduaan dengan Tuan Duke." Rayu Ragana agar sang kakak tidak lagi marah.

Gladiola menghentikan langkah. "Benar juga. Aku memang tidak ingin bersaing karena tanpa aku melakukan apapun aku pemenangnya. Tapi membiarkan Brian memberikan sedikit waktunya untuk wanita itu, aku tidak akan mengizinkannya."

Dengan begitu saja Gladiola memutar haluan yang tadinya ingin ke kamar kini dia berjalan menuju meja makan.

Saat sampai di depan pintu ruang makan Gladiola meletakan tangannya di atas bibir mengkode kesatria penjaga untuk tidak mengumumkan kehadirannya.

Kesatria itu mengangguk, setelah membungkuk hormat sang ksatria membukakan pintu untuk Gladiola dan Ragana masuk.

Brian menoleh saat mendengar pintu dibuka. Tatapannya langsung bersinggungan dengan tatapan tajam Gladiola.

Gladiola tersenyum, lebih mirip senyum ancaman. Lalu tanpa aba-aba dia menarik Brian bangkit dan membawa piring laki-laki itu kemudian memindahkan Brian di kursi yang lebih jauh dari Cassia karena sebelumnya Brian dan Cassia duduk bersampingan.

Cassia hanya diam, tapi jelas dari wajahnya dia kentara amat tersinggung.

"Kau sudah makan? Piringmu kosong?" Tanya Gladiola mengabaikan raut Cassia yang kusut.

"Aku menunggumu sayang." Jawab Brian seraya tersenyum. Menikmati proses kecemburuannya Gladiola karena menurutnya cemburu Gladiola sangat menggemaskan.

"Benarkah?" Tanya Gladiola sok manja.

Brian terkekeh kali ini benar-benar tidak dibuat-buat dan murni terhibur oleh tingkah gadisnya.

"Iya, aku menunggu cantikku."

PetrichorWhere stories live. Discover now