istana

2.5K 270 8
                                    

Seumur-umur entah di kehidupan sekarang atau dulu, Gladiola belum pernah datang ke sebuah Istana secara langsung. Ya, bagaimana ya, di kehidupannya dulu bangunan seperti ini biasanya sudah menjadi museum dan isinya tidak akan sepenuh aslinya sebab banyak barang peninggalan yang di hilangkan, di simpan atau di sembunyikan secara rapat oleh negara. Sejarahnya juga pasti tidak semua terkuak, hanya bagian kecil yang bisa di ceritakan atau mungkin setengah dari sejarah aslinya.

Kemungkinan banyak sejarah yang di sembunyikan apalagi yang bersangkutan dengan data arsip negara, atau sekedar sisi kelam yang mungkin tidak pantas untuk di kenang atau di ketahui.

Baru di jalan menuju pintu utama saya Gladiola tidak bisa berhenti berdecak kagum. Benar-benar amazing. Belum masuk ke dalamnya saja Gladiola sudah ternganga dengan halaman istana yang luas. Pohon-pohon yang di bentuk dengan cantik. Banyaknya bunga-bunga yang bertaburan di sekeliling jalan membuat matanya terhibur. Apalagi pohon-pohon pendek yang bentuknya seperti batu bener-bener lucu! Ingatkan Gladiola untuk memegangnya nanti.

Banyak juga patung-patung berbentuk manusia, hewan atau tumbuhan terhampar di setiap jarak lima meter, ada juga kolam ikan yang berisi ikan-ikan cantik juga air mancur.

"Kau ini benar-benar tinggal di hutan ya." Celetuk Brian.

Gladiola mengangguk. "Kau besar disini?"

Brian mengangguk. "Sedari lahir aku sudah disini." Brian menatap Gladiola yang sedari tadi tidak menatapnya. "Bicaralah sambil melihat orangnya."

"Pantas vibes mu mirip old money. Bukan mirip sih memang old money." Gladiola meneliti wajah Brian dari dekat.

"Old apa? Old ---" Brian kesulitan mengulang kata aneh yang Gladiola ucapkan.

"Old money." Gladiola membenarkan.

"Apa itu old money?"

"Semacam apa ya, kaya dari lahir? Atau apa sih istilahnya aku juga kurang mengerti. Cuma tahu sepintas."

"Aku memang kaya." Brian tersenyum pogah. "Tidak ada alasan kau menolak ku."

"Dih, mau kau pangeran, Kaisar atau sebagainya jika aku tidak suka ya ku tolak lah." Jawab Gladiola dengan santai.

"Tidak ada alasan untuk kau menolak aku."

"Ada." Gladiola menatap Brian dengan senyum miring.

"Apa? Cepat katakan!" Brian mulai berfikir sebelah mana bagian dari dirinya yang kurang sempurna? Tidak akan dia biarkan Gladiola memiliki celah untuk menolaknya!

"Kau mesum. Aku tidak suka." Gladiola menjabarkan apa yang dipikirannya dengan senyum menang.

Kau tidak akan bisa mengelak. Gladiola terkekeh dalam hati.

"Aku pria, itu hal yang wajar."

Gladiola menatap Brian sinis, tidak suka dengan jawaban itu. "Oh karena kau pikir kau pria jadi kau bisa melakukan hal mesum semaumu? Wah begini pikiran para laki-laki ya? Bener-bener diluar dugaan. Jadi semua wanita kau perlakukan begini?"

Brian menggeleng bukan begitu masuk dirinya. "Aku laki-laki memiliki naluri tentang hal berbau dewasa lebih pekat. Tapi bukan berarti aku murahan dan melakukan hal itu pada banyak wanita! Baru kau seorang!"

"Baru aku? Wah ada niatan mencari yang lain? Benar-benar brengsek!" Maki Gladiola.

Entah kena dia bener-bener kesal mendengar jawaban Brian, dia kurang puas. Apa dia... Cemburu?

Tidak-tidak ini bukan waktu yang tepat untuk jatuh cinta atau semacamnya. Banyak misteri yang belum terungkap dan kau harus memecahkannya. Batin Gladiola mengingatkan dirinya lagi.

PetrichorWhere stories live. Discover now