Pertemuan pertama

2.7K 268 1
                                    

Brian baru saja selesai mengantre Roti yang Gladiola inginkan. Dia baru saja mendapatkan pesanannya, namun saat dia menoleh ke tempat dimana dia menyuruh Gladiola untuk menunggu, gadis itu sudah tidak ada di tempat. Rasa kesal mendominasi ketimbang panik, dia tau Gladiola gadis pandai yang meskipun sembrono dia memiliki otak cerdas yang tidak akan mungkin bertindak gegabah.

Brian mulai mengedarkan pandangan, disana di arah jam tiga terdapat kumpulan rakyat yang mengerubungi entah apa. Terdengar beberapa suara nyaring yang Brian abaikan karena dia tidak perduli. Brian menghampiri salah satu penjual buah yang sedang menatap kerumunan.

"Permisi." Ujar Brian agak kaku.

Penjual itu menolehkan kepala. "Iya Tuan?" Kemudian melanjutkan. "Anda akan membeli buah? Buah apa yang Tuan butuhkan? Saya punya buah anggur yang sangat manis, anda bisa mencobanya terlebih dahulu." Senyum penjual itu melebar.

Brian menatap buah-buahan di depannya bimbang, dia tidak berniat membeli buah. Tapi melihat senyum lebar penjual buah ini rasanya dia tidak mau membuat senyum penjual ramah di depannya ini surut. "Aku pesan buah anggur satu kilo."

Penjual itu tersenyum lebar. "Baik tuan tunggu sebentar."

Dengan cekatan penjual itu meraih anggur merah dan meletakkannya di atas timbangan. Setelah memastikan dua sisi timbangan--- yaitu sisi kiri yang besi seberat satu kilo dan sisi kanan berisi buah anggur merah itu seimbang penjual memasukan buah merah itu kedalam kantung belanja.

"Totalnya empat koin perak Tuan." Penjual buah memberikan kantung berisi anggur itu pada Brian.

"Ambil ini." Brian memberikan beberapa koin perak. "Hitung, apakah kurang?"

Penjual itu menghitung dengan cepat. "Kelebihan dua koin Tuan."

Brian mengangguk. "Ambil untukmu. Ah kau melihat gadis bergaun sederhana dengan rambut perak? Apakah dia lewat sekitar sini beberapa menit yang lalu?"

"Ah Nona yang menarik banyak perhatian itu? Rambutnya benar-benar cantik. Nona itu ada di kerumunan sana. Saya melihatnya tadi." Penjual tersebut menunjuk ke arah ramai-ramai yang sedari tadi terus mengeluarkan suara bising.

Brian memasang wajah datar saat penjual anggur itu memuji Gladiola. Tanpa mengucapkan pamit Brian berjalan begitu saja menuju kerumunan.

Hal itu berhasil membuat penjual buah tersenyum lebar. "Apa Tuan itu kekasih Nona berambut perak? Dia terlihat cemburu saat aku memuji wanitanya." Lalu penjual itu terkikik geli mengenai pemikirannya barusan.

Sedangkan Brian yang mulai memasuki kerumunan dengan cepat bisa menemukan Gladiola sebab perempuan itu memiliki rambut perak mencolok ketimbang rambut rakyat lain yang di dominasi warna coklat dan pirang.

"Untuk apa aku repot-repot membeli buah?" Brian bertanya pada dirinya sendiri. "Aku merasakan jiwa kemanusiaan ku mulai kembali timbul setelah bertemu gadis aneh yang sialnya cantik itu." Gumam Brian seraya berjalan mendekat ke arah Gladiola.

"Aku hanya menjadi pelayan di pusat kota. Iya, itu, pelayan." Samar-samar Brian mendengar obrolan Gladiola dengan seorang gadis asing. Sekali dengar saja Brian bisa mendeteksi kebohongan dari suara bergetar Gladiola.

"Ah kau pelayan? Aku juga pelayan. Kau bekerja di kediaman mana?" Gadis itu terlihat penasaran. Meskipun Brian hanya menyaksikan dari belakang dan tidak bisa melihat keduanya tapi Brian yakin Gladiola semakin kalut.

"Salah satu bangsawan." Jawaban singkat yang sangat kentara bahwa Gladiola berusaha mengakhiri obrolan itu.

"Ah aku lupa aku sedang berbelanja bahan masakan! Maaf aku harus pergi!" Gadis asing itu tiba-tiba pamit dan pergi begitu saja meninggalkan Gladiola. Sedangkan Gladiola terlihat sangat lega.

PetrichorWhere stories live. Discover now